Menurut hasil survei National Financial Inclusion and Literacy Survey pada tahun 2018, indeks fi nancial literacy Indonesia meningkat dari 21,8 persen di tahun 2013 menjadi 29,7 persen di tahun 2016. Sementara itu, indeks inklusi keuangan juga naik dari 59,7 persen menjadi 67,8 persen. Trennya memang terlihat meningkat, tapi jangan gembira dulu karena angka tersebut termasuk yang paling rendah jika dibandingkan dengan indeks Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Di sisi lain, 132,7 juta orang di negeri ini telah terkoneksi ke Internet dan 92,8 juta di antaranya mengakses Internet via perangkat mobile. Artinya, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas jangkauan layanan keuangan, terutama kepada unbanked people. Pada gilirannya langkah ini juga akan mengangkat indeks inklusi keuangan Indonesia.
Antusiasme masyarakat kita terhadap penerbitan uang elektronik pun cukup tinggi. Selain jumlah penggunanya sudah mencapai 90 juta dan terus meningkat, transaksi dengan uang elektronik sepanjang tahun 2016 lalu mencapai Rp7 triliun. Bahkan di bulan Juli 2017 saja, jumlah transaksi uang elektronik berhasil mencatatkan angka tertinggi sebesar Rp1 triliun.
Dengan antusiasme tinggi masyarakat dan peluang besar tadi, uang elektronik seyogianya terselenggara sesuai harapan masyarakat, antara lain e-money praktis, nyaman, dan aman. Sayangnya justru belakangan ini mulai terdengar adanya insiden keamanan terkait penggunaan e-money. Sebagai pengguna atau penyedia, apa saja langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengamankan sistem dan uang elektronik itu sendiri? Simak informasi lengkapnya di halaman Cover Story bulan ini.