Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Senin, 4 Maret 2019
Gratis
Tersengat Serangan Balik
JIKA tak memiliki pertahanan kuat, tak usah menyerang habis-habisan. Cukup melakoni permainan berimbang. Sebab, jika pertahanan lemah, itu akan gampang jadi sasaran balik.
Tak perlu terbawa irama permainan lawan, apalagi terbawa keinginan penonton. Calon Presiden Joko Widodo terbawa jargon ‘perang total’ yang dikumandangkan tim kampanyenya. Dan, pertahanannya tidak kuat. Gampang jadi sasaran serangan balik membahayakan.
Teranyar, setelah sejumlah data yang dia ungkap di Debat Pilpres, dianggap banyak yang keliru, Jokowi kembali terlibat “perang total” saat menyambar pernyataan Prabowo soal uang WNI Rp11 ribu triliun yang berada di luar negeri. Dia minta data itu ditunjukkan.
Data itu, tiga tahun lalu, ada di kantong Jokowi. Tanpa ditunjukkan Prabowo pun Jokowi sudah mengantonginya. Data banyaknya uang WNI yang ditempatkan di luar negeri dia sampaikan saat sosialisasi program pengampunan pajak (tax amnesty).
Data pemerintah soal uang WNI di luar negeri ini patut disebut tak valid. Menteri Keuangan Sri Mulyani di saat yang hampir bersamaan menyebutkan dana itu sekitar Rp1.000 triliun dan kebanyakan berada di Singapura, Hong Kong, dan Swiss.
Tax amesty adalah kebijakan gagal memulangkan dana WNI di luar negeri, jika patokannya Rp11 ribu triliun itu. Sebab, dana yang berhasil dipulangkan program itu hanya sekitar Rp147 triliun.
Ada banyak soal jika petahana tak berpegang pada data valid, terlebih karena jargon mereka selama ini selalu mengumbar sesuatu berbasis data. Jangan-jangan, data yang diumbar kemarin-kemarin pun banyak juga yang tak valid.
Tentu, akurasi data itu kemudian menjadi senjata tumpul ketika diumbar untuk menyerang lawan. Tak hanya tumpul, juga gampang dipatahkan. Bukan dipatahkan lawan, tapi oleh masyarakat.
Itu masalah jika petahana terbawa permainan tim suksesnya: strategi perang total. Sebab, mustahil sebuah pemerintahan yang gagal mewujudkan banyak janji-janji politik lima tahunannya, punya amunisi kuat berupa data. Tak perlu dipatahkan lawan pun, dia potensial akan patah dengan sendirinya.
Inilah Koran merupakan media cetak yang terbit di Kota Bandung sejak 10 November 2011. Lahir dengan mengusung semangat Jurnalisme Positif, Inilah Koran bertekad untuk mengembalikan peran dan fungsi media sebagai sarana informasi, edukasi dan inspirasi. Inilah Koran juga bertekad menjadi koran nasional yang terbit dari Bandung dengan tagline "Dari Bandung untuk Indonesia".
Anda tidak bisa membeli publikasi, melakukan pendaftaran melalui aplikasi, klaim vocuher melalui aplikasi. Pembelian, pendaftaran dan klaim vocuher dapat dilakukan melalui website.