Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Mestinya,, 7 Februari lalu, 12 bandara baru (termasuk terminal baru), diresmikan Presiden Joko Widodo. Peresmiannya dilangsungkan di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Tapi, selain pembatalannya secara mendadak, tak juga jelas kapan bandara-bandara tersebut akan diresmikan.

Tentu saja, patut publik bercuriga, ada apa di balik batalnya rencana peresmian itu? Proyek infrastruktur merupakan program unggulan pemerintahan Presiden Jokowi. Menjadi aneh jika tanpa penjelasan apa-apa, rencana peresmian proyek tersebut tertunda.

Tapi, kemudian, dikorelasikan dengan kondisi Bandara International Jawa Barat (BIJB) Kertajati saat ini, maka publik pun wajar jika menduga-duga ada sesuatu dengan dunia dan usaha penerbangan kita.

Satu hal yang mungkin masuk akal adalah industri penerbangan mulai menurun performanya. Kebijakan menaikkan harga tiket membuat publik berpikir berkali-kali menggunakan transportasi udara. Di mana-mana, load factor maskapai penerbangan melorot drastis. Terlebih, dengan kebijakan aneh-aneh memaksa konsumen membayar “barang tentengannya”.

Bagaimana mungkin menarik minat masyarakat membanjiri bandara baru jika harga tiket susah mereka jangkau? Jangan-jangan, bandara-bandara baru itu hanya jadi bangunan sepi yang diramaikan para pekerjanya. Jika itu terjadi, tentu itu pukulan telak bagi pemerintah.

Pukulan telak itu sudah terlihat di BIJB Kertajati. BIJB itu disiapkan sebagai bandara terbesar kedua di Indonesia, setelah Soekarno-Hatta. Tapi lihat kondisinya sekarang. Seperti rumah kosong, rumah hantu saja. Load factor hanya pada ksaran 20-25% di hari-hari biasa.

Sedikitnya dua hal yang jadi pukulan telak. Pertama, industri penerbangan mengalami kerugian. Kedua, fungsi bandara juga tak terasa. Ditambah lagi akses yang sulit ke BIJB Kertajati, makin lengkaplah enggannya publik memanfaatkan bandara internasional itu.

Dengan kondisi seperti itu, untuk apa membanggakan bandara-bandara baru? Atau, jangan-jangan, memang itulah alasan sesungguhnya kenapa peresmian bandara baru itu ditunda sampai waktu yang tak ditentukan.

Maret 2019