Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

APA susahnya bagi Bung Hatta menempatkan Hasjim Ning dalam kabinetnya? Saat itu, Hasjim pengusaha sukses. Bos mobil produksi Eropa. Raja mobil Indonesia dekade 1950-an itu. Pernah pula jadi tentara, berjuang di Cianjur-Bandung Selatan, mungkin sekitaran Ciwidey.

Sebersit pun tak terpikir olehnya menempatkan Hasjim di pemerintahannya. Sebab apa? Hasjim Ning itu keponakannya. Alih-alih memberi ruang, dia malah memanfaatkan pemilik Bank Perniagaan Indonesia yang pada 1981 lalu dijualnya ke Mochtar Riady dan kemudian jadi Lippo Bank itu.

Sekali waktu, Hatta rindu sekali kepada ibundanya, Saleha, yang tinggal di Sumedang. Dia minta Hasjim menjemputnya. Hasjim menyebut Saleha sebagai Mak Tuo, kakak dari ibu kandung.

Hasjim mengusulkan pakai mobil Bung Hatta, mobil Perdana Menteri RIS. “Tidak, pakai mobil Hasjim saja. Mobil itu milik negara, bukan kepunyaan saya,” jawabnya.

Begitulah Bung Hatta mengajarkan kepada kita betapa KKN adalah lawannya. Tak sedikit pun jasa Bung Hatta menjadikan Hasjim Ning sebagai pengusaha sukses. Justru yang berjasa adalah Bung Karno, melalui Program Benteng.

Banyak pelajaran yang bisa kita lihat dengan mata telanjang, soal KKN ini. Dari yang baik sampai yang buruk. Yang buruknya, salah satunya, adalah runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto salah satu karena KKN, terutama nepotisme.

Tapi, kadang-kadang kita lupa dengan pelajaran-pelajaran itu. Dinasti, yang salah satu cikal-bakalnya nepotisme, terjadi di banyak tempat. Di salah satu titik, misalnya, dari gubernur hingga bupati dan wali kota, pernah dikuasai salah satu trah keluarga.

Ada dua hal setidaknya yang bisa rusak karena nepotisme itu. Pertama soal teknis, jika seseorang yang menduduki jabatan karena nepotisme, maka rusaknya bisa kemana-mana. Jika pun seseorang menduduki jabatan karena nepotisme memiliki kualitas –kecuali kualitas yang tak ada tandingannya—maka itu tetap akan mencoreng etika, tidak elok.

Pendahulu kita sudah memberikan contohnya, termasuk ketika Hasjim Ning menjemput Mak Tuo dari Sumedang. Lalu, kenapa kita kerap lupa pada pelajaran-pelajaran itu?

Maret 2019