Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Dua tahun lalu, ketika melantik empat kepala daerah, Ganjar Pranowo berujar begini: “Tak tahu, apakah kita salah rumus, strategi, taktik, atau salah pengambilan kebijakan. Tak hanya kabupaten kota, provinsi, bahkan nasional pun ketika berbicara menanggulangi kemiskinan tergopoh-gopoh.” Ganjar benar. Mungkin dia salah rumus, strategi, taktik, atau mengambil kebijakan. Dan, itu dia pertontonkan tanpa rasa malu, Minggu (17/3). Dia gelar apel kebangsaan, sebuah acara berdurasi dalam hitungan jam, dan menghabiskan dana Rp18 miliar.

Publik tentu tak menyoal niat Ganjar merajut kebangsaan. Itu harus dilakukan dan dipelihara. Tapi menghabiskan dana sebegitu besar? Nalar sehat publik tak bisa menerimanya. Katakanlah acara berlangsung sembilan jam, itu artinya habis uang Rp2 miliar setiap jam.

Ironis? Iya, karena Ganjar belum berhasil mengangkat angka kemiskinan secara signifikan. Masih ada 11,32% warga Jateng dalam kondisi miskin. Sekitar 2,89 juta. Sepatutnya dia malu karena angka tersebut di bawah angka kemiskinan nasional yang sekitar 9,6%.

Sekali lagi, kita tak menyoalkan upaya menjahit kebangsaan. Itu perlu. Tapi, apakah perlu menggelontorkan dana sebanyak itu? Apalagi, kalau dalam pemanfaatannya, dana tersebut potensial terjadi penyalahgunaan.

Kita melihat ini dalam soal prioritas pemimpin. Padahal, pengurangan kemiskinan dan pengangguran jadi salah satu prioritasnya. Apel kebangsaan itu secara langsung tak berpengaruh pada pengurangan kemiskinan. Bahkan hanya memunculkan iri dan syakwasangka. Terlebih, ada juga dugaan tak sehat lainnya, agenda yang seharusnya digelar Agustus dimajukan ke Maret.

Sebagai pemimpin, langkah ini jelas tak menunjukkan kepekaan. Padahal, itulah salah satu yang membuat pemimpin bisa mendapat respek dari warganya. Bagaimana warga menaruh hormat jika pemimpin tak peka dengan warganya.

Sebab apa? Pemimpin itu sama saja dengan rakyat. Kalau pun dia didahulukan, ya hanya didahulukan selangkah. Artinya, tindak, tabiat, dan perbuatannya, sepatutnya tidak melukai perasaan rakyat yang sebagian masih berada di bawah angka kemiskinan.

Maret 2019