Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Kamis, 28 Maret 2019
Gratis
KPK yang Tak Luar Biasa
Menilik jalannya persidangan skandal suap perizinan Meikarta, kita meyakini yang patut diduga terlibat bukan hanya sembilan orang pejabat Kabupaten Bekasi dan pihak swasta. Tapi, kita pun dipaksa mahfum, jika KPK tak bisa seketika membongkarnya.
Dakwaan dan seliweran pernyataan saksi-saksi, secara mata telanjang, sudah menyebut banyak nama. Ada yang telak-telak disebut menerima uang haram. Bahkan, kisah suap atau gratifkasi di luar kasus ini pun menyeruak di ruang persidangan.
Hanya saja, amat disayangkan, KPK memiliki keterbatasan personil untuk langsung menuntaskan kasus ini. Jumlah penyidiknya jauh dari ideal. Tak mungkin bagi KPK untuk bergerak supercepat.
Saat ini, jumlah penyidik KPK hanya sekitar 100 orang. Angka tersebut sangat jauh dari kebutuhan untuk menangani kasus korupsi di seantero Tanah Air.
Itu sebabnya, kita pun melihat tak sedikit kasus yang tertahan-tahan penanganannya. Tengok saja, sudah 2-3 bulan kasus megakorupsi tambang dengan tersangka Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi, dengan perhitungan kerugian negara paling tinggi sepanjang sejarah, belum tersentuh sejak KPK menetapkannya sebagai tersangka.
Maka, patut pula kita bertanya kepada pejabat-pejabat politik yang pernah berjanji: sejauh apa penguatan fungsi dan anggaran KPK yang mereka janjikan? Alih-alih memperkuat KPK, belum juga tuntasnya kasus serangan terhadap penyidik Novel Baswedan memberi petunjuk kepada publik betapa kekuatan politik sekuat apapun belum mampu memperkuat KPK.
Mestinya, ketika negara menempatkan kejahatan korupsi sebagai kejahatan luar biasa, sepatutnya ada upaya-upaya yang juga luar biasa untuk memperkuat KPK. Sama seperti bagaimana negara dengan upaya luar biasa menangani kejahatan terorisme.
KPK, pada akhirnya, adalah lembaga hukum yang dicintai publik, karena itu sangat menawan secara politik. Sayangnya, kadang-kadang, lembaga itu hanya kerap dipakai ketika kontestasi politik datang sekali lima tahun dan kerap tak dapat perhatian luar biasa selama lima tahun.
Inilah Koran merupakan media cetak yang terbit di Kota Bandung sejak 10 November 2011. Lahir dengan mengusung semangat Jurnalisme Positif, Inilah Koran bertekad untuk mengembalikan peran dan fungsi media sebagai sarana informasi, edukasi dan inspirasi. Inilah Koran juga bertekad menjadi koran nasional yang terbit dari Bandung dengan tagline "Dari Bandung untuk Indonesia".
Anda tidak bisa membeli publikasi, melakukan pendaftaran melalui aplikasi, klaim vocuher melalui aplikasi. Pembelian, pendaftaran dan klaim vocuher dapat dilakukan melalui website.