Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Sabtu, 20 April 2019
Gratis
KPU Nggak Mutu
Ini memang pemilu serentak pertama di Tanah Air. Media internasional menyebut kontestasi demokrasi terbesar di dunia. Tapi, apapun alasannya, tak bisa dijadikan pemaaf bagi karut-marutnya penyelenggaraan pencoblosan.
Banyak peristiwa yang membuat kita sampai pada kesimpulan: KPU lemah dalam penyelenggaraan pemilu. Mulai dari berubah-ubahnya sistem debat kandidat hingga compang-campingnya pengiriman surat suara di banyak daerah. Dari karut-marut pencoblosan di luar negeri seperti di Selangor hingga gangguan di sistem penghitungan (situng).
Ironisnya buat publik, KPU berkutat pada mencari alasan-alasan pembenaran tanpa membenahi substansi masalah.
KPU, dari berbagai pernyataan-pernyataannya, cenderung defensif dan terus membela diri. Padahal, kurang profesionalnya KPU sudah terang benderang di mata publik.
Tidak masuk akal buat kita, bagaimana surat suara bisa datang terlambat dan tertukar seperti yang terjadi di Cianjur. Kita sepakat dengan Plt Bupati Cianjur yang menyebut penyelenggaraan pemilu kali ini sebagai salah satu yang buruk.
Tidak adakah KPU memiliki quality control untuk mengawasi semua pekerjaannya? Sebab, tertukarnya surat suara itu tak hanya terjadi di Cianjur, tapi juga di banyak daerah. Itu sebabnya, di banyak daerah, terjadi pencoblosan susulan atau coblos ulang.
Tidak hanya kelalaian, pelanggaran pun terjadi dan hampir tak terpantau petugas KPU. Pencoblosan surat suara oleh petugas KPPS di salah satu wilayah di Madura, misalnya, kian menggambarkan betapa unprofessional-nya penyelenggara Pemilu.
Mestinya, hal-hal semacam itu, tak perlu terulang kembali. Bukankah KPU hingga petugas sampai titik terendah sudah berkaca pada betapa ributnya masyarakat gara-gara persoalan dugaan pencoblosan surat suara di Selangor?
Kita bukan tak mengapresiasi tugas-tugas berat yang dilaksanakan KPU. Tapi, banyaknya kelalaian dan pelanggaran yang terjadi, membuat kita berkesimpulan pada beberapa soal KPU terlihat kurang profesional. Sepatutnya KPU tak sibuk membela diri, tapi mengakui kelemahan-kelemahan yang terjadi di sekeliling mereka.
Inilah Koran merupakan media cetak yang terbit di Kota Bandung sejak 10 November 2011. Lahir dengan mengusung semangat Jurnalisme Positif, Inilah Koran bertekad untuk mengembalikan peran dan fungsi media sebagai sarana informasi, edukasi dan inspirasi. Inilah Koran juga bertekad menjadi koran nasional yang terbit dari Bandung dengan tagline "Dari Bandung untuk Indonesia".
Anda tidak bisa membeli publikasi, melakukan pendaftaran melalui aplikasi, klaim voucher melalui aplikasi. Pembelian, pendaftaran dan klaim voucher dapat dilakukan melalui website.