Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Selasa, 30 April 2019
Gratis
Politik Menelan Irvan
Politik menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah kasus dugaan korupsi dana alokasi khusus (DAK) Pendidikan Kabupaten Cianjue dengan terdakwa Bupati Irvan Ricano Muchtar. Semua terjadi terang benderang.
Sungguh tak masuk akal budi kita, seorang pejabat Dinas Pendidikan di Cianjur terang-terangan meminta dana DAK dipangkas hingga 17,5% antara lain untuk ongkos politik itu, di hadapan para kepala sekolah. Entah di mana urat malunya. Mungkin sudah putus.
Untung saja, pemerintah pusat hanya menyetujui dana DAK Pendidikan Cianjur itu hanya sekitar Rp48,8 miliar, bukan Rp945,69 miliar yang diusulkan. Bayangkan, betapa besar jumlah dana yang dikentit jika usulan itu diterima. Sekitar Rp165 miliar! karena pemangkasan mencapai 17,5%.
Maka, Irvan, bupati muda itu, mencederai sendiri visi-misinya ketika maju di Pilbup Cianjur lalu itu. Visi misinya antara lain adalah peningkatan kualitas infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Program berbasis kepentingan rakyat lima tahun ke depan.
Menjadi pertanyaan, bagaimana dia mengusung kepentingan rakyat jika dana untuk rakyat pun dipangkas? Dakwaan jaksa menyebutkan 7% dari dana DAK Pendidikan itu diminta dipangkas untuk sang bupati. Jelas, itu melenceng dari visi-misinya.
Apa yang terjadi pada Irvan, hemat kita, adalah kesalahan cara pandang terhadap politik. Politik selalu dinilai sebagai kekuasaan. Padahal, lebih besar lagi adalah pengabdian. Harusnya dia paham karena itulah yang tercantum dalam visi-misi. Atau, jangan-jangan visi-misi itu hanya kepura-puraan belaka? Salah pandang itulah yang membuat banyak politisi salah langkah. Karena itu, ide agar pemerintah menambah dana parpol, buat kita tak lebih dari sekadar menabur garam ke laut. Tak ada manfaatnya karena bukan di situ soalnya.
Salah pandang itu juga terlihat dari sikap wakil rakyat yang merasa lebih istimewa dari rakyatnya. Ingin selalu berada di atas, bukan bagian dari rakyatnya. Mereka kelabakan begitu rakyat meminta bantuan. Mereka sebut itu ongkos politik. Bukan. Itu ongkos gaya hidup mereka. Itu ongkos untuk kekuasaan mereka.
Inilah Koran merupakan media cetak yang terbit di Kota Bandung sejak 10 November 2011. Lahir dengan mengusung semangat Jurnalisme Positif, Inilah Koran bertekad untuk mengembalikan peran dan fungsi media sebagai sarana informasi, edukasi dan inspirasi. Inilah Koran juga bertekad menjadi koran nasional yang terbit dari Bandung dengan tagline "Dari Bandung untuk Indonesia".
Anda tidak bisa membeli publikasi, melakukan pendaftaran melalui aplikasi, klaim voucher melalui aplikasi. Pembelian, pendaftaran dan klaim voucher dapat dilakukan melalui website.