Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Air mata kita meleleh lagi. Dua orang anak manusia di Bumi Parahyangan menjemput ajal. Posisinya di lubang tambang di Gunung Pongkor, Kecamaran Nanggung, Kabupaten Bogor. Mereka terhimpit longsor dari ketinggian 110 meter.

Bayangkanlah bagaimana kecematan longsoran tanah menyapu dari ketinggian tersebut. Hanya keajaiban dan takdir Allah Swt, enam orang lainnya bisa selamat.

Bahwa ada kelalaian pemerintah dalam peristiwa itu, benar adanya. Para penambang itu disebut gurandil, penambang emas tanpa izin (PETI), Ilegal. Kawasan tersebut sebenarnya sudah jadi area terlarang, tapi para penambang masih saja nekat.

Kawasan Gunung Pongkor, di mana PT Antam pernah merajut kejayaan, bukanlah satu-satunya wilayah yang diserbu penambang ilegal. Di banyak titik di Jawa Barat, penambang-penambang ilegal itu kerap ditemui. Terutama, penambang pasir yang tinggi meruntuhkan bukit.

Aktivitas mereka, apakah penambang emas atau pasir, punya konsekuensi yang sama: merusak alam. Jika alam sudah murka, maka peristiwa-peristiwa seperti yang terjadi di Nanggung itu, adalah sebuah keniscayaan.

Tapi, tidak bisa kita melulu menyalahkan pemerintah. Pemerintah sudah mengingatkan, sudah membuat aturan. Bahkan, pemerintah juga berupaya mengubah perilaku penambang liar untuk beralih mencari penghidupan dengan cara lain. Tapi, rupanya, seperti yang terjadi di Bogor, itu tak diindahkan.

Harusnya, ada kesadaran bersama, bahwa di balik keindahannya, sebagian tanah di Bumi Pasundan ini labil. Goyang sedikit saja berguguran. Apalagi jika digoyang tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Dalam konteks ini, kita berharap kepada aparat penegak hukum, agar bertindak lebih tegas mengawasi aktivitas tambang-tambang ilegal perusak bumi ini. Kita bersyukur, aparat memiliki perangkat hingga ke tingkat Babinkamtibmas hingga Babinsa. Mereka yang bisa dijadikan ujung tombak hingga ke kawasan pelosok.

Kita bahkan mendukung jika untuk para “pejuang-pejuang” ujung tombak itu, pemerintah memberikan perhatian lebih mengingat begitu beratnya tugas mereka. Agar mereka bisa menghentikan air mata kita seperti yang terjadi di Nanggung hari-hari ini.

Mei 2019