Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

DENGAN segala kerendahan hati, kami mengajak, mengundang, memohon para bapak bangsa, tokoh yang dihormati keseluruhan masyarakat, untuk turun gunung. Negara sedang membutuhkan bapak-bapak.

Apa yang terjadi utamanya di Jakarta, juga di sejumlah kota seperti Pontianak dan Medan, akan sulit diselesaikan tanpa kehadiran bapak-bapak. Tak mungkin menyelesaikannya secara utuh karena sebagian bangsa mendekati keterbelahan. Sulit mencari pihak yang bisa menyelesaikannya karena siapapun yang terjadi di lapangan saat ini sudah saling curiga –betapapun besar kecil kadarnya. Punya tendensi masing-masing.

Kepada sebagian aparat, fakta di lapangan tak sedikit yang bercuriga. Takkan mungkin menuntaskan persoalan. Hanya meredam kekerasan, tapi tidak berkecurigaan.

Kepada politisi apalagi. Tak hanya kepada kader kelas bawah sampai elit politik, keterbelahan itu sudah nyata terlihat. Tak ada yang mau mengalah. Semua mau benar sendiri, menang sendiri. Sudah sulit bagi rakyat untuk percaya pada mulut dan tindakan politisi.

Hanya kepada bapak-bapak bangsa, bapak-bapak yang tak punya kepentingan kecuali bangsa ini jangan sampai terbelah, masyarakat punya harapan. Bapak-bapak yang bisa jadi panutan. Bapak-bapak yang bisa menyelesaikan, tanpa bebatuan, tanpa bom molotov, tanpa gas air mata, tanpa peluru karet, tanpa pentungan.

Turunlah bapak-bapak. Tinggalkanlah kampus-kampus untuk sementara waktu. Tinggalkanlah sebentar pondok pesantren, madrasah, tempat pengajian. Tinggalkanlah sejenak gereja, vihara, pura. Tinggalkan masyarakat adat. Tinggalkanlah tempat permenungan. Tinggalkanlah pertapaan. Negara sedang membutuhkan Anda. Hanya bapak-bapak yang didengar karena tanpa kepentingan pribadi.

Lontarkanlah satu pernyataan menyejukkan. Bungkamlah perkataan-perkataan panas para pemburu kuasa itu, orang cacat yang tak sadar cacatnya. Hanya bapak-bapak yang bisa melakukannya. Rakyat menunggu. (*)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal menegaskan, aparat kepolisian tidak dibekali dengan peluru tajam saat pengamanan aksi 22 Mei 2019 di Kantor KPU dan Bawaslu.

"Instruksi jelas oleh Kapolri dan Panglima (pasukan) tidak dibekali peluru tajam. Jadi kalau besok ada penembakan peluru tajam, dipastikan itu bukan Polri. Itu penumpang gelap," kata Iqbal dalam konferensi pers, di Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.

Sebanyak 40 ribu personel polisi dibantu TNI akan diterjunkan mengamankan aksi 22 Mei itu yang disebar di beberapa titik kerawanan.

Iqbal mengimbau kepada para pengunjuk rasa agar menyampaikan pendapatnya di muka umum dengan tetap mematuhi norma-norma yang berlaku.

"Kalau ada yang mencoba melakukan tindakan di luar hukum, kami akan proses hukum dari lunak sampai keras," ujar Iqbal menegaskan.

Ia mencontohkan personel Polda Jawa Timur yang sudah melakukan upaya paksa penangkapan kepada beberapa orang membawa bom molotov.

"Berbagai kelompok hasil intelijen kami ada yang mau membawa bambu runcing. Sengaja diruncingkan," ujarnya.

Prinsipnya penyampaian pendapat di muka umum itu tidak absolut, tetapi ada batas-batas di dalam undang-undang.

"Pengunjuk rasa tak boleh seenaknya, tak boleh bawa senjata tajam, tak boleh bawa bom molotov, bertindak anarkis dan lain-lain," katanya.

Mei 2019