Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

HARIMAU mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Arifin Ilham wafat meninggalkan umat dan kebaikan.

Berjibunnya umat mengantar kepergiannya untuk selama-lamanya adalah bukti betapa ustaz kelahiran Banjarmasin itu meninggalkan kebaikan bagi umat di sekelilingnya. Tengoklah, misalnya, malam begitu mendengar Arifin Ilham menghembuskan nafas terakhirnya, sambil berurai air mata, KH Yusuf Mansur melantunkan zikir.

Selalu begitu. Kepergian orang baik selalu diantarkan khalayak. Tak kurang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kapolri Tito Karnavian, hingga Ketua MPR Zulkifli Hasan menjemput peti jenazahnya, mengantarkan ke pemakaman. Tengok juga bagaimana ketika ribuan orang mengantar kepergian Buya Hamka saat meninggal dunia pada dekade 1980-an. Hampir sama seperti ini.

Kebaikan selalu menemukan jalannya. Dia selalu menemukan temannya. Arifin Ilham menemukan itu. Dia pergi hampir memenuhi semua keinginannya. Dimakamkan di bawah pohon yang liangnya sudah dia persiapkan.

Arifin Ilham dicintai jamaahnya karena dia utuh untuk mereka. Dia mencurahkan ilmu dan kebaikan buat umatnya. Dia tak berkelompok, tapi berkelompok dengan semua orang. Dia tak mengotak-ngotakkan diri. Dia ada untuk semua orang.

Ketika sebagian ustaz atau kyai berpolitik praktis, atau menunjukkan keberpihakan politik, Arifin tidak. Tentu, dia punya pilihan politik. Tapi dia tak menunjukkan secara vulgar. Tak merusak perasaan umat dan orang sekelilingnya.

Begitulah orang baik. Dia tak ingin menyakiti perasaan orang lain. Dia selalu tersenyum di tengah zikirnya dengan suara berat itu.

Arifin pergi. Dia meninggalkan namanya. Nama yang penuh dengan kebaikan. Orang pun melupakan masa kecilnya yang suka nakal: merokok dan berjudi di masa remaja –kenakalan yang bisa terjadi pada siapa saja.

Semoga negeri ini segera menemukan kembali Arifin-arifin lain sesegera mungkin. Sebab, negeri ini membutuhkan orang-orang yang mampu menghadirkan setetes air di tengah suasana negeri yang kering kerontang oleh ulah anak-anak negerinya sendiri.

Mei 2019