Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Mulai sekarang, mari kita tidak lagi menyebut-nyebut Ridwan Kamil sebagai salah satu kandidat calon presiden 2024. Itu yang terbaik bagi Jawa Barat.

Kenapa? Pertama, tentu saja karena Pilpres 2024 masih sangat lama. Presiden terpilih Pemilu 2019 saja belum dilantik. Jika dalam hitungan bulan, triwulan, segalanya memungkinkan berubah, apalagi lima tahun.

Kedua, dan ini yang terpenting, adalah agar Ridwan Kamil tak memiliki beban ganda dalam memimpin dan membangun Jawa Barat. Di satu sisi harus total mengabdi untuk Jabar, di sisi lain juga harus mematut diri sebagai tokoh nasional.

Beban itu akan sangat berat bagi Ridwan Kamil yang baru setahun memimpin Jawa Barat. Kita menginginkan, empat tahun ke depan, dia total untuk Jawa Barat, tanpa memikirkan copras-capres.

Beban ganda itu akan menghilangkan gaya kepemimpinan genuine Ridwan Kamil. Dan itu hanya akan merugikan Jawa Barat. Biarkanlah dia memimpin dengan gaya kejawabaratan, kepemipinan yang kolegial, bersahaja, dan tak berjarak dengan rakyat.

Bagaimana kepemimpinan genuine Ridwan Kamil? Hemat kita, itu terlihat jelas pada 0-3 tahun kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung. Inovatif, bersahaja, dan dekat dengan rakyat. Salah satunya tergambar saat dia ikut mengupayakan relokasi warga dari salah satu titik. Dia datang dan berdiskusi dengan warga di rumah mereka yang –maaf—hanya setingkat di atas gubuk. Tak ada jarak.

Gaya lainnya yang cukup fenomenal saat peringatan Konferensi Asia Afrika di Bandung, beberapa tahun lalu. Dia tampil tanpa beban. Asli Ridwan Kamil. Sampai disangka sebagai “presiden yang tertukar” oleh sebagian masyarakat internasional.

Sekarang, kesan itu terlihat kurang. Ridwan Kamil seolah-olah melakoni peran sebagai perwakilan pemerintah pusat di Jawa Barat. Padahal, potensinya jauh melampaui itu.

Mudah-mudahan ini salah, tapi kita khawatir hal semacam itu karena ada “beban masa depan” yang ada di pundaknya. Beban karena namanya disebut-sebut sebagai salah satu yang berpeluang memperebutkan kepemimpinan nasional lima tahun ke depan.

Karena itu, jika dugaan semacam itu benar, kita sarankan untuk tak lagi mengait-ngaitkannya dengan copras-capres itu. Biarkanlah dia bekerja untuk Jawa Barat. Total. Kalau bisa 1.000 persen. Soal apakah dia akan terseret dalam kontestasi politik nasional lima tahun ke depan, takdirnya sudah ada, tinggal menjemput dengan bebuat total untuk Jawa Barat. (*)

September 2019