Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

DI Kota Bogor, para wali kota berkumpul. Mereka adalah pemimpin dari 28 kota di Indonesia. Berkumpul membahas pembangunan wilayah perkotaan dengan segala dinamikanya.

Apa hasil pertemuan mereka, buat kita itu lebih banyak konsumsi kaum elitis, para pengambil keputusan di wilayah perkotaan. Terserah merekalah. Misalnya, mencuat ide agar kantor kementerian, setelah pemindahan ibu kota nanti, mereka usulkan disebar di berbagai provinsi, sesuai potensinya.

Yang mengusik bagi kita sebenarnya hanyalah hal-hal kecil. Salah satunya nama pertemuan kelompok itu: Mayor Caucus 2019 (sengaja kita miringkan karena ini bukan istilah Bahasa Indonesia).

Kita patut tepuk jidat. Heran. Para wali kota, para pemimpin di wilayah perkotaan itu, kurang memiliki kepedulian tinggi terhadap bahasa nasional mereka sendiri. Mengambil istilah asing untuk istilah yang bisa dibahasaindonesiakan. Kenapa bukan Kaukus Wali Kota 2019 saja, misalnya? Sekali lagi, ini hal kecil. Tapi ini menunjukkan betapa kecintaan kita terhadap negeri ini, pada beberapa titik, baru sebatas di ucapan. Para wali kota ini rupanya sudah seperti kaum milenial di kafe-kafe, di coffe shop, di mal-mal yang bahasanya campur aduk, separuh Indonesia separuh asing itu.

Padahal, sebagai pemimpin, mereka memiliki kewajiban menghadirkan contoh, memberikan teladan, soal nasionalisme. Soal NKRI harga mati. Kalau NKRI harga mati, maka bahasanya juga sepatutnya juga menggunakan bahasa NKRI.

NKRI ini menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa. Termaktub dalam pasal 36 UUD NKRI Tahun 1945, diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Sekali lagi Pak Mayor, eh Pak Wali Kota, ini memang soal kecil. Tapi justru hal kecil ini yang patut menjadi dasar gambaran soal kecintaan kita kepada negeri ini. Kalau hal kecil saja abai, bagaimana terhadap hal-hal besar lainnya? Selain itu, patutlah para wali kota ini menghargai pula kerja keras para pegiat bahasa kita dari dulu sampai sekarang. Sampai era ini pun mereka tetap bekerja keras mengembangkan bahasa, salah satunya adalah menghadirkan kata-kata baru untuk mengganti kata-kata asing yang berseliweran di negeri ini.

Kita perlu ingatkan hal kecil ini agar nanti para wali kota ini tidak gelagapan ketika ada yang menyapa mereka Pak Mayor. Jadi, please Pak Mayor, eh mohon Pak Wali Kota.

September 2019