Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Selain Pele, Zico, dan Ronaldo, ada satu lagi dewa sepak bola Brasil. Dia Mario Jorge Lobo Zagallo. Lebih dikenal sebagai Mario Zagallo.

Dia orang pertama yang memenangkan Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih. Dia anggota skuat Brasil saat jadi juara Piala Dunia 1958 dan 1962. Dia pelatih Brasil ketika menjuarai Piala Dunia 1970 dan asisten pelatih saat memenangkan Piala Dunia 1994.

Tapi, ketika dia gagal membawa Brasil mempertahankan Piala Dunia 1998 di Prancis, Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF) langsung memecatnya. Tak peduli dia dewa. Tak peduli kekalahan dari Prancis di final itu dijejali kontroversi menyangkut Ronaldo.

Begitulah hukum pelatih sepak bola. Dia tak hanya dilihat dari pengembangan skema permainan, apalagi sekadar nama besar. Dia, terlebih, dilihat dari hasil pertandingan di lapangan.

Sayangnya, tampaknya itu tak berlaku bagi Persib Bandung era saat ini. Tak ada lagi alasan untuk menyatakan Pelatih Robert Rene Alberts saat ini sukses menukangi Persib. Sudah lebih setengah musim, fakta di lapangan menunjukkan performa Persib anjlok.

Dari sisi hasil pertandingan, posisi Persib kini lebih mendekati zona degradasi ketimbang zona Asia. Peringkat ke-11, hanya unggul lima poin dari Persela, dan tertinggal 20 poin dari Bali United. Apa itu membanggakan bagi klub sebesar Persib? Dari sisi permainan pun, Persib jauh dari meyakinkan. Jika kita mau jujur, performa Persib saat ini tak ada apa-apanya dibanding saat era Djadjang Nurdjaman. Di era itulah terakhir kali Persib main dengan gaya yang jadi ruhnya, bola-bola pendek dan umpan terobosan yang mengagetkan lawan. Sekarang itu tak pernah terlihat lagi.

Jadi, jika dari segi permainan tak berkembang, dari hasil pertandingan jauh dari harapan, apalagikah yang bisa diharapkan dari Robert Rene Alberts? Tak usah kita melihat latar belakangnya, pernah sukses bersama Arema dan PSM, pernah jadi pelatih terbaik di Malaysia. Tak perlu melihat nama besarnya karena yang dibutuhkan adalah hasil racikannya di lapangan.

Hemat kita, sudah saatnya manajemen Persib melakukan evaluasi total, evaluasi yang jujur. Jangan pertahankan pelatih hanya karena nama besarnya. Sebab, dalam sepak bola profesional itu, nama hanya linier dengan kontrak dan gaji, bukan dengan performa. (*)

September 2019