Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Bahkan sejak lahir pun dia ditakdirkan untuk memberikan pelayanan sosial di sektor kemanusiaan. Begitulah palang merah. Dia makhluk tak punya lawan di medan perang, apalagi di kancah demonstrasi. Sebab, dia bekerja untuk semua pihak, tanpa perbedaan posisi, ras, agama, dan segala macamnya.

Menjadi heboh ketika mobil ambulans Palang Merah Indonesia (PMI), termasuk pula satu unit ambulans Pemprov DKI Jakarta, diamankan aparat kepolisian. Terlebih, informasi itu menyebar salah satunya dari akun Twitter @TMCPoldaMetro, meski kemudian dicopot.

Tentu saja, itu postingan yang berbahaya. Terbukti, tak lama kemudian, postingan tersebut “digoreng” ke ranah politik. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan jadi sasaran tembaknya, meski hanya satu dari lima unit ambulans itu milik Pemprov DKI Jakarta dan didatangkan juga untuk menjalankan tugas-tugas kemanusiaan.

Tampaknya, kali ini aparat kepolisian tergelincir anjurannya sendiri. Saring sebelum sharing. Belum jelas duduk perkaranya, melalui media sosial, pemilik akun yang diduga kuat milik Polda Metro Jaya, menyebarnya.

Informasi itu, dari nalarnya, jauh dari akal sehat. Tak mungkin rasanya petugas PMI berbuat aneh-aneh di tengah aksi tengah malam itu. Tujuan mereka pasti hanya satu: menyelamatkan siapapun yang membutuhkan pertolongan.

PMI patut kecewa atas lolosnya informasi yang belum disaring sebelum sharing itu. Bagaimana mungkin lembaga kemanusiaan justru menodai nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri? Informasi tersebut, jelas mencederai palang merah, organisasi yang membangun kepercayaan selama 146 tahun! Tidak hanya melukai nama institusi palang merah, apa yang dilakukan oknum aparat terhadap ambulans-ambulans PMI dan Pemprov DKI Jakarta itu juga sudah merintangi kerja-kerja kemanusiaan mereka. Terlebih, para pekerja kemanusiaan itu menjalani pemeriksaan yang cukup panjang.

Kita patut mengapresiasi polisi kemudian mengklarifikasi informasi mentah tersebut dan menyatakan mobil-mobil ambulans itu tak membawa batu dan bensin untuk molotov. Batu dan bensin yang ada terbawa oleh demonstran yang mencari perlindungan ke mobil ambulans.

Tapi, rasanya elok juga kalau polisi kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada PMI dan Pemprov DKI atas disinformasi yang terjadi. Lebih patut lagi kalau polisi mengusut siapa penyebar informasi tak valid itu dengan cepat, sebagaimana cepatnya polisi menetapkan status tersangka terhadap tiga pencari perlindungan ke mobil ambulans itu. (*)

September 2019