Tampilkan di aplikasi

KADANG-KADANG, kita berteriak NKRI harga mati, tapi pada saat bersamaan kita meluluhlantakkan simbol-simbolnya. Salah satu simbol itu adalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan.

Banyak masyarakat sekarang menilai Bahasa Indonesia sekadar sebagai alat komunikasi. Bukan kebanggaan. Bukan bahasa persatuan. Ironisnya, mereka sebagian besar kalangan terdidik. Tengoklah pertemuan atau perbincangan mereka, seolah malu berbahasa Indonesia.

Gejala itu menurun kepada generasi-generasi milenial saat ini. Jika berbicara, bahasanya campur aduk. Bisa jadi, karena kemampuan berbahasa asing adalah...
Baca artikel selengkapnya di edisi 10 Oktober 2019

Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya koran edisi ini

INTERAKTIF
Kamis, 10 Oktober 2019
Opini

Artikel Opini lainnya