Ironi PKS
Lima tahun lalu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hanya memiliki enam kursi di DPRD Kabupaten Bandung. Kini, naik jadi 10 kursi. Paling tinggi kenaikannya dibanding partai lain. Tapi, semuanya seperti tak berfungsi ketika memasuki kontestasi demokrasi Pilkada Kabupaten Bandung.
Jika tak ada tsunami politik, dipastikan PKS tak memiliki kader dalam kontestasi itu. Semua partai politik sudah mengeluarkan rekomendasinya. Tak ada yang tersisa untuk mendampingi kader PKS. Padahal, mereka hanya butuh tambahan satu kursi lagi saja.
Dalam konteks demokrasi, inilah malapetaka politik itu. Bayangkan, satu dari dua parpol paling dominan di DPRD, hanya bisa mengusung kader lain, tentu saja dalam kondisi terpaksa karena tak punya pilihan lain, bersaing di pilkada. Rasarasanya belum pernah terjadi peristiwa seperti ini.
Apa sesungguhnya yang terjadi? Ini baru salah satu kemungkinan: PKS terlalu pede. Bisa jadi, dengan modal 10 kursi membuat mereka merasa dibutuhkan parpol lain. Padahal, dalam politik kontestasi, saling membutuhkan itu adalah sebuah keniscayaan. Bahkan pada parpol yang memenuhi syarat mengusung pasangan calon sendiri pun.
Bukankah makin lemahnya lawan adalah hal yang akan memperkuat posisi sendiri? Kedua, dan ini sangat memungkinkan, buruknya komunikasi. Baik komunikasi internal maupun eksternal. Terlambatnya menggaet mitra koalisi adalah bukti komunikasi politik PKS dengan partaipartai lainnya kurang begitu jalan. Menjadi tanda tanya tentunya, keinginan berkoalisi dengan Partai Nasdem maupun Partai Demokrat kandas di tengah jalan.
Apakah lambannya komunikasi politik ini karena komunikasi yang tak bagus dengan DPP PKS? Masuk akal juga. Sebab, rentang keputusan soal ini demikian panjang di PKS. Mulai dari DPC, DPD, DPP, hingga majelis syuro. Kurang ringkas, kurang dinamis.
Tentu saja, secara politik, kegagalan ini akan sangat merugikan bagi PKS di Kabupaten Bandung. Padahal, mereka pada awalnya adalah parpol paling berpeluang bicara banyak pada kontestasi kali ini.
Selain karena menjadi pemilik kursi terbanyak di DPRD bersama Golkar, PKS adalah juga satu-satunya partai yang memiliki petahana di Kabupaten Bandung. Kadernya, Gun Gun Gunawan, adalah Wakil Bupati Bandung saat ini. Dengan Dadang Naser yang tak bisa maju lagi, maka Gun Gun adalah satu-satunya petahana meski kekuatan politik keluarga besar Dadang Naser tetap kuat dengan memunculkan Kurnia Dadang Naser.
Kabupaten Bandung menjadi kegagalan menyakitkan bagi PKS. Sepatutnya ini jadi pelajaran berharga. Keluwesan dalam politik, sepanjang tak menyalahi moral politik partai, adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.