Mencla-mencle
ANGKA absolutnya memang tidak seberapa. Pada 15 Januari 2021, angka kasus Covid-19 mencapai 12.818 kasus. Tanggal yang sama 2022, hanya 1.054 kasus. Tak sampai sepersepuluh.
Tapi, pada prosentase, angkanya menjulang tinggi. Libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, peningkatan kasus rata-rata 52%. Tahun ini? Tajam minta ampun: 258%.
Kita tak bisa menilai persoalan Covid-19 dari angka absolut semata. Laju kenaikan mesti jadi pertimbangan tak kalah penting. Sebab, namanya virus, tren menjadi salah satu pijakan untuk mengambil keputusan.
Dan, tren yang melonjak itu, adalah kesalahan kita, terutama pemerintah. Kita memandang menjelang libur Natal dan Tahun Baru, pemerintah demikian abai dalam menerapkan pembatasan pergerakan.
Melalui kolom kecil ini, kita sudah memperkirakan betapa ancaman yang ada di depan kita jika kita lalai membatasi pergerakan. Alih-alih membatasi, semula dengan PPKM Level 3 di seluruh Jawa, pemerintah malah membiarkan “ruang terbuka”. PPKM berdasarkan status nyata saat itu.
Maka, pada Libur Natal dan Tahun Baru lalu, kita menyaksikan pergerakan warga yang lebih masif. Tentu, tak semasif saat mudik-balik Idul Fitri di saat normal. Tapi, tetap itu sebuah ancaman nyata. Sudah kita duga, sudah kita sangka.
Kenapa? Salah satu dasar kita adalah mulai masuknya varian Omicron ke Indonesia. Bukankah pemerintah dan para ahli juga yang menyampaikan persebaran Omicron lebih masif ketimbang Delta, meski ancaman kematiannya rendah? Tapi pemerintah seperti tutup mata soal fakta tersebut.
Apa yang kita rasakan saat ini adalah buah kebijakan pemerintah yang plintat-plintut. Sekali lagi, jangan setiap saat menyalahkan rakyat. Kebijakan yang berubah-ubahlah yang membuat suasana seperti ini. Rem dan gas yang tak pernah pas.
Kini, kita menghadapi ancaman yang lebih nyata dari varian Omicron. Tak perlu pemerintah berdalih varian ini tak sedahsyat daya rusak Delta. Sebab, virus dalam kategori apapun, tetaplah sebuah bahaya bagi umat manusia.
Efeknya sudah mulai kita rasakan sekarang. Transmisi lokal varian Omicron sudah mulai merebak di sejumlah daerah, termasuk Jawa Barat. Kita berharap tidak, tapi rasanya konyol jika kita berpikir Omicron akan reda dalam sejenak.
Sekarang, siapa yang akan menjadi penderita dalam kebijakan mencla-mencle pemerintah? Tak lain tak bukan rakyat juga. Omicron diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Februari mendatang, hanya satu-dua bulan setelah pemerintah melonggarkan kran liburan Tahun Baru. (*)