Tampilkan di aplikasi

Riri Riza, film dibuat karena perlu dibuat

Majalah Intisari - Edisi 646
14 Juli 2016

Majalah Intisari - Edisi 646

Saat mengawali kariernya sebagai sutradara, hampir 20 tahun silam, keinginan Riri sederhana: kepingin film Indonesia diputar sejajar dengan film-film Barat di bioskop. Ketika keinginan itu tercapai, ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. / Foto : Bhisma Adinaya

Intisari
Mungkin di lidah orang kebanyakan, kopi yang diseduh Riri Riza siang itu akan terasa biasa-biasa saja, seperti sewajarnya rasa kopi umumnya. Namun bagi penyeduhnya, kopi itu begitu spesial, karena diramu berdasarkan dua karakter utama dalam film Ada Apa dengan Cinta. Namanya, kopi Rangga dan Cinta. Kopi itu diramu kenalan Riri, generasi ketiga keluarga roaster kopi dari Makassar yang kebetulan penggemar film Ada Apa dengan Cinta? Saat menentukan komposisi campurannya, pe-roaster itu menginterpretasikan karakter Rangga seperti misteriusnya kopi toraja sedangkan karakter Cinta seperti manisnya kopi malabar.

“Coba deh, kalau panas dia akan lebih pahit dan berasa cokelat. Kalau sudah agak dingin, manisnya akan keluar seperti Cinta,” kata Riri menyodorkan satu gelas sloki kepada Intisari. Dan diselingi sesapan sesapan kopi dua sejoli itulah, kami berbincang tentang dunia film yang menjadi jalan hidup sutradara bernama asli Mohammad Rivai Riza ini. Sulit mengulang sukses Dunia perfilman Indonesia mencatatkan nama Riri Riza sebagai salah satu seniman film yang berhasil membangkitkan perfilman Indonesia, setelah mati suri selama hampir sepuluh tahun. Lewat film Petualangan Sherina (2000), Riri bersama Mira Lesmana, partnernya di Miles Film (dulu Miles Production), membuat bioskop kembali dipenuhi keluarga-keluarga yang menonton film Indonesia. Bahkan, tak sedikit dari penonton yang baru pertama kali ke bioskop.

Karya-karya duet Riri dan Mira berikutnya seolah menjadi jaminan film-film bermutu dan sukses secara komersial. Ada Apa Dengan Cinta? (2002), Laskar Pelangi (2008), Sang Pemimpi (2009), dan yang saat ini masih terasa hangat di hati penonton adalah Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016). Sampai detik ini, bahkan Laskar Pelangi masih menjadi film Indonesia dengan penonton terbanyak, yakni 4,6 juta penonton. “Tapi kami skeptis kesuksesan sampai empat juta penonton itu bisa diulangi.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI