Tampilkan di aplikasi

Pengalaman hamil mendadak

Majalah Intisari - Edisi 653
16 Februari 2017

Majalah Intisari - Edisi 653

Brisbane bisa jadi salah satu contoh sebagai kota yang sangat peduli terhadap hak perempuan, terutama bagi perempuan hamil dan ibu menyusui. Perempuan hamil selalu menjadi prioritas di setiap fasilitas publik dan hampir di semua pusat keramaian di kota terbesar ketiga di Australia itu tersedia ruang laktasi.

Intisari
Menjadi mahasiswa, hamil, dan melahirkan di luar negeri, sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Setahun setelah menjalani masa kuliah di Griffith University, Brisbane, Australia, saya ketahuan hamil. Iya, ketahuan, sebab kehamilan itu tidak terduga.

Tahun itu, pernikahan saya memasuki tahun ketiga. Saya dan suami sudah tidak memikirkan lagi tentang anak. Mungkin memang tak akan pernah punya anak.

Akan tetapi, Tuhan berkata lain.

Ketika suatu pagi saya pergi ke klinik kesehatan yang berada di kampus dengan keluhan tidak enak badan, dokter justru mengatakan bahwa saya hamil. Tentu saja hal itu membuat saya terkejut. Lebih kaget lagi, ternyata usia kehamilan sudah memasuki minggu ketujuh.

Sontak saya pun langsung bahagia mendengar kabar kehamilan itu meski dibarengi kecemasan. Pasalnya, saya hidup di perantauan di negeri orang hanya dengan suami dan beberapa teman Indonesia. Saya sempat khawatir pada proses kehamilan dan melahirkan. Bagaimana akan menjalani proses kehamilan tanpa bimbingan orang tua, mertua, atau sanak kerabat terdekat? Apalagi ini adalah pengalaman pertama.

Kecemasan saya ternyata tidaklah beralasan. Saya menyampaikan kepada dokter kampus, yang bertugas di klinik kesehatan kampus – tempat para mahasiswa, dosen, dan karyawan kampus berobat bahwa saya tidak tahu harus bagaimana dengan kehamilan tersebut. Apa yang harus saya lakukan, bagaimana proses dan tahapannya.

Dengan segera ia menenangkan saya. “Anda tidak perlu khawatir, kami akan memberi tahu langkah demi langkah yang harus Anda lakukan. Yang penting sekarang, jaga kesehatan dan tetap makan supaya nutrisi masuk ke dalam tubuh,” katanya.

Wow, saya takjub. Saya merasa aman dan nyaman mendengar penjelasannya. Bahkan ketika saya sampaikan bahwa usia saya sudah tidak muda lagi untuk kehamilan pertama ini, ia kembali menenangkan. “Usia Anda masih memadai untuk hamil,” katanya.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI