Tampilkan di aplikasi

Kopi nikmat bermula dari penggilingan

Majalah Intisari - Edisi 666
9 Maret 2018

Majalah Intisari - Edisi 666

Minum kopi kini sudah menjadi gaya hidup. / Foto : Onlyyouqj _ Freepik

Intisari
Minum kopi kini sudah menjadi gaya hidup. Bahkan beberapa orang mulai menyeduh kopi sendiri. Untuk memperoleh seduhan yang maksimal, kuncinya di mesin gilingnya. Milikilah sebelum membeli alat kopi lainnya.

Ibarat mobil, ini Mercynya,” kata Purnomo Sidi menunjuk ke Mahlkonig EKK43, mesin giling kopi buatan Jerman yang ada di rumah sangrai kopi miliknya, Nggone Mbahmu, di Klaten, Jawa Tengah. Mesin giling berlengan dua itu begitu kokoh berdiri di meja “dapur” Nggone Mbahmu.

Meski tidak secara khusus membuka kafe kopi, namun di Nggone Mbahmu kita bisa menikmati bermacam-macam kopi single origin atau racikan khusus Nggone Mbahmu. Jadi, sebelum memutuskan membeli biji kopi dari daerah mana, pembeli bisa menjajal dulu rasanya.

Nah, alat giling seharga Rp50-an juta itulah yang akan mengantarkan rasa kopi yang ingin dinikmati pengunjung. Biasanya Purnomo menyeduhnya dengan teknik V60. Mengapa untuk kafe mungilnya itu Purnomo rela mengeluarkan investasi yang tinggi untuk mesin gilingnya?

Seperti yang dikatakan oleh Toni Wahid, yang sering disebut sebagai ensiklopedinya kopi Indonesia, grinder atau mesin giling akan menentukan tingkat kenikmatan seduhan kopi. “Grinder juga akan menentukan alat seduh apa yang akan kita pakai,” kata Toni.

Blender kurang bagus, Sebenarnya wajar sekali jika kenikmatan secangkir kopi berasal dari mesin giling. Ibarat masakan, bahan yang segar tentu akan menghasilkan masakan lebih nikmat dibandingkan dengan bahan yang tidak segar. Konteks segar tadi dalam dunia kopi adalah bubuk kopi yang baru saja digiling dari biji kopi.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI