Tampilkan di aplikasi

Dulu makanan, kini olahraga

Majalah Intisari - Edisi 681
13 Juni 2019

Majalah Intisari - Edisi 681

Bersepeda menjadi pilihan Purnomo karena sifatnya yang low impact.. / Foto : DOK. PRIBADI

Intisari
Hipokrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran, pernah berujar, “Jadikan makanan Anda sebagai obat dan obat menjadi makanan.” Sampai beberapa dekade, anjuran itu benar adanya. Selain ditunjang makanan yang masih alami dan beragam, pada masa itu pun orang relatif banyak bergerak.

Pada waktu itu, penyajian makanan masih bisa dibilang instan yang sebenarnya. Dalam arti semua dipersiapkan segera dari awal. Dari hulu ke hilir. Tidak seperti sekarang yang segera tapi hanya proses di hilirnya. Modernitas yang berarti juga kehidupan yang gegas membuat makanan olahan pun bisa lekas disajikan.

Ditambah dengan gaya hidup sedentary alias malas gerak, muncul kemudian penyakit yang sebelumnya emoh mampir. Mager alias malas bergerak ini diam-diam menjadi kawan keseharian masyarakat modern. Diam-diam pula mengancam kesehatan kita.

Badan kesehatan dunia, WHO, belum lama mengeluarkan fakta yang patut kita renungkan: seperempat orang di dunia kurang berolahraga dan kurang bergerak. Temuan ini tak jauh berbeda dengan penelitian WHO pada 2001 lalu. Patut kita renungkan karena penyakit yang mengintai mereka yang malas bergerak bukan sembarang penyakit.

Melainkan penyakit mematikan seperti diabetes tipe 2, beberapa jenis kanker, dan persoalan kardiovaskuler. Menurut WHO pula, gaya hidup sedentari menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Begitu pula dengan data dari European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada 2008: kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.

Jika gaya hidup sedentari diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol, kita pun berisiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan. Pentingnya bergerak itu yang kemudian memunculkan jargon “olahraga sebagai obat”.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI