Tampilkan di aplikasi

Perayaan patah hati yang menyembuhkan luka

Majalah Intisari - Edisi 687
2 Desember 2019

Majalah Intisari - Edisi 687

Menikmati lirik dan musik patah hati bersama-sama, seperti penonton Didi Kempot di Lapangan DPR/MPR ini, rupanya bisa menjadi metode healing yang sehat. / Foto : Rahmad Azhar Hutomo

Intisari
Lapangan DPR/MPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, malam pengujung Oktober 2019 itu ramai pengunjung. Tidak untuk demonstrasi, namun menghadiri pertunjukan musik Didi Kempot yang kebetulan menjadi bagian acara hari lahir salah satu fraksi partai.

Mereka datang dalam kelompokkelompok kecil, perempuan dengan perempuan, lelaki dengan lelaki. Yang datang berpasangan hanya terhitung jari. Kesemuanya merapat ke panggung ketika Didi Kempot, penyanyi yang kini dikenal sebagai “The Godfather of Broken Heart” muncul ke panggung.

Serempak mereka menyanyikan lirik-lirik sendu berbahasa Jawa bersama Didi, dengan latar musik campursari. Beberapa perempuan di dekat panggung menitikkan air mata, sementara banyak laki-laki terpejam-pejam bernyanyi dengan raut penuh penghayatan.

Pemandangan ini rupanya tidak hanya terjadi di area pertunjukan malam itu. Panggung-panggung Didi yang kerap mengangkat tajuk “Perayaan Patah Hati” ini seringkali tertangkap kamera memunculkan kejadian emosional serupa.

Hingga menangis. Meski pelakunya kerap dicap ambyar, sad boys, dan sad girls, merayakan patah hati lewat bernyanyi bersama di pertunjukan musik ternyata merupakan jalan yang sehat untuk berproses menyembuhkan luka, alias move on.

Indah SJ, M.Psi dari Aditi Psychological Center menuturkan, berdasarkan banyak penelitian, musik dan bernyanyi pada dasarnya merupakan salah satu bentuk healing therapy. Melakukannya dapat meningkatkan mood seseorang.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI