Membaca artikel soal menginterpretasi kode cowok di halaman 48, membuat saya sadar bahwa saya termasuk cewek yang paling sering gagal baca kode dari cowok. Rasanya kayak belajar ilmu nuklir. Njelimet. Rumit. Bikin modar kepala. Saya lebih suka sama cowok yang frontal bilang atau menunjukkan suka atau enggak suka. Di zaman social media seperti sekarang, kode percintaan malah makin memusingkan. Ketika dia balas WhatsApp lama banget, tapi ternyata dia update di Twitter. Dia sering kasih icon Love di Path atau Instagram plus komen-komen yang centil, tapi enggak pernah ngajak nge-date. Apaan, sih, nih?
Sebenarnya apa sih tujuan kirim kode? Umumnya karena kita pengin dia tahu apa yang kita inginkan tanpa harus diberitahu. Jadi kalau dia nangkep kodenya, kita enggak perlu terus terang, jadi harga diri tetap tinggi. Nah nah ribet lagi, kan. Kenapa enggak kasih tahu langsung? Ya beginilah kalau gengsi dan ketakutan ditolak sudah berbicara. Buat saya dunia sebenarnya akan lebih sejahtera bila orang jujur saja dengan apa yang dia inginkan dari orang lain. Sayangnya dunia semacam ini hanya ada dalam khayalan. Saya sendiri sebagai cewek biasa, juga suka berkodekode. Ganti profile picture dengan gaya paling keren berharap dia negur lalu komen? Pernah! Post lagi dengerin lagu tertentu dengan lirik sesuai perasaan terhadap oknum sasaran? Pernah! Ganti status sok bijak semi curhat di status WhatsApp atau BBM biar dia tersindir? Pernah!
Kadang kodenya kena. Seringkali kayak ngomong sama tembok. Akhirnya karena sudah lelah (dan mengerti bahwa cowok itu cenderung enggak peka) saya lebih suka kode keras aja. Tetap kode, sih. Tapi lebih terus terang. Berhubung gengsian ngomong kangen, maka saya akan tegur dia ngajak nonton atau minta tolong sesuatu yang membuat kami harus ketemuan. Untuk urusan lebih ringan seperti pengin tahu kabarnya, saya enggak akan kode. Terus terang aja tegur dia nanya kabarnya atau lagi ngapain. Kalau suatu hal mengganggu, maka saya akan menanyakan langsung pada pacar daripada curhat posting lagu di socmed. Menurut saya ini batasnya masih biasa-biasa aja.
Persoalan dia lantas terbang ke langit ketujuh menyangka saya mencintainya selama-lamanya hanya karena ajakan nonton atau pertanyaan, ‘Apa kabar?’ itu adalah masalah dia. Persoalan pacar menganggap saya terlalu baper karena jujur bilang apa yang mengganggu saya, itu adalah sesuatu yang dia harus hadapi. Karena saya memang lebih suka jujur daripada berkode pada tembok. Gimana? Masih suka kirim kode?