Berbahagia Untuk Orang Lain
Saya bukan penggemar tayangan olahraga atau pelaku olahraga. Tapi saya masih ingat kebanggaan yang saya rasakan ketika menonton Susi Susanti beraksi di Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Saya merinding ketika melihat Susi Susanti berada di podium menyanyikan Indonesia Raya setelah memenangkan medali emas pertama di Olimpiade untuk tanah air kita. Dua puluh empat tahun kemudian negara Indonesia kembali mengukir prestasi dengan masuknya Rio Haryanto di ajang balapan Formula 1. Sayangnya tidak semua orang menyambut positif hal ini. Bantuan dari pemerintah sebanyak Rp100 miliar terhadap Rio dirasakan terlalu berlebihan. Ada yang bilang bantuan ini seharusnya tidak masuk di APBN karena masih banyak atlit lain yang harus difasilitasi. Seharusnya dana tersebut dicari dari lembaga lain selain pemerintah, seperti dana program sosial dari perusahaan swasta. Enggak terlintas dalam pikiran mereka bahwa Rio sudah berkutat di dunia balap sejak umur 6 tahun. Rio bukan bintang yang tiba-tiba muncul dapat dana dari pemerintah. Coba, deh, googling dan baca prestasi Rio sebelumnya. Wajar banget pemerintah kasih bantuan supaya bisa masuk F1.
Sebelum kasus Rio, ada Joey Alexander, cowok 12 tahun yang berhasil jadi musisi termuda yang masuk nominasi Grammy Awards pada genre musik jazz. Terlepas dari Joey tidak berhasil menang Grammy prestasi yang spektakuler. Sayangnya ada sebagian orang dan media yang justru menekankan pada fakta bahwa Joey gagal meraih Grammy Awards. Eh, ya, ampun emang gampang masuk nominasi Grammy Awards?
Dari dua peristiwa ini saya jadi berpikir. Kenapa, sih, ada orangorang yang gemar sekali melihat hal negatif di tengah hal yang sesungguhnya sangat positif, indah dan membanggakan? Lutfi, bagian marketing komunikasi kaWanku, berujar, “Aku pernah begitu. Waktu itu aku baru lulus kuliah terus belum dapat kerja. Jadi bawaannya negatif terus. Enggak bisa senang lihat orang senang,” ujarnya. Benar juga. Ketika kita lagi bete sama hidup, maka akan lebih menyenangkan melihat hal lain yang juga negatif. Sebenarnya tujuannya supaya kita merasa lebih baik. Tapi seringkali hal tersebut justru bikin kita makin membenci hidup sendiri dan jauh dari rasa bersyukur. Cobalah berbahagia untuk orang lain. Meski saat itu hidup kita terasa biasa-biasa saja atau justru kurang oke. Hargailah perjuangan yang membuat mereka sampai di titik kebahagiaan tersebut. Dan jadikan mereka sebagai inspirasi bahwa kesuksesan itu mampu dicapai.