Menjadi Wonder Woman. K ita butuh Wonder Woman lebih dari Batman dan Superman. Itu adalah satu fakta yang harus disadari setelah menonton film Batman vs Superman. I’m sorry boys, but y’all suck in this movie. Kemunculan Wonder Woman di film ini merupakan kebangkitan superhero perempuan yang revolusioner dibandingkan yang lainnya. Betapa penting momen ini, ketika superhero perempuan dalam film kerap digambarkan mengenakan pakaian ketat dan seksi. Ketika berbagai film superhero perempuan yang sudah dijanjikan untuk dirilis, terpaksa ditunda demi peluncuran film Spider-Man yang entah ke berapa kali. Dia adalah Wonder Woman. Ikon simbol perempuan perkasa yang diciptakan oleh Charles Moulton tahun 1942.
“Dia tipe perempuan yang saya bayangkan akan memimpin dunia,” ujar Moulton yang juga psikolog. Wonder Woman digambarkan sebagai perempuan Amazon yang cantik, kuat tapi juga baik hati dan fierce. Dia adalah karakter yang dari awal digambarkan berusaha mendobrak struktur kekuatan patriarkal. Inilah mengapa Wonder Woman dan teman-temannya dari suku Amazon memakai gelang. Sebagai pengingat untuk tidak pernah membiarkan lelaki menahan mereka.
Di film Batman vs Superman, Wonder Woman tidak hadir sebagai gebetan superhero utama atau pemeran pembantu. Okelah Wonder Woman sempat lirik-lirikan sama Batman, tapi siapa, sih, yang enggak melirik Wonder Woman dengan penampilannya yang spektakuler itu. Wonder Woman dalam film tersebut digambarkan sebagai pahlawan. Kalau kita perhatikan, dia bahkan mendapatkan musik spesial saat kemunculannya di adegan perang.
Menonton Wonder Woman yang merupakan perpaduan sempurna kecantikan, ambisi dan kekuatan membuat kita sadar. Wonder Woman cocok banget berada bersama barisan superhero. Dia akan menjadi panutan yang tepat untuk kita. Seperti halnya tokoh Kartini yang menginspirasi banyak orang. Salah satu cara agar kita bisa menjadi Wonder Woman dalam kehidupan nyata adalah dengan memiliki pendidikan tinggi. Minimal lulus S1. Pengetahuan adalah modal untuk hidup. Enggak cuma saat remaja atau bekerja, tapi juga ketika kita mengasuh anak. Jangan pernah berhenti belajar selama kita masih ada kesempatan. Karena tidak semua cewek bisa seberuntung kita dalam mengenyam pendidikan, seperti yang ada di halaman 48.