Di era yang modern ini, ternyata masih banyak perempuan muda di luar sana, atau bahkan di sekitar kita yang haknya sebagai individu telah terabaikan. Kalau kita kira hidup perempuan di dunia sudah tentram dan damai saat ini, tandanya kita belum banyak mengetahui keadaan yang sesungguhnya di luar sana. Ketika kita bisa dengan bebas pergi ke sekolah setiap hari dan bisa menikmati masa remaja, ternyata masih ada remaja perempuan di tempat lain yang enggak bisa merasakan kebebasan yang kita miliki atau bahkan hak-hak yang ia miliki sudah terabaikan. Pernikahan Dini Menurut data UNICEF, dalam sehari, terdapat 39 ribu perempuan terpaksa menikah di usia yang sangat muda. Yang artinya, dalam setahun, kurang lebih 14,2 juta perempuan yang enggak bisa menikmati masa remajanya seperti kita sekarang ini. Biasanya mereka terpaksa menikah karena tradisi dan faktor ekonomi.
Pada tahun 2013, UNICEF memperkirakan antara tahun 2011 sampai 2020, jumlah anak perempuan yang menikah di bawah umur 18 tahun akan mencapai angka 140 juta dan 50 juta di antaranya bahkan belum mencapai umur 15 tahun. Yang menyedihkan adalah Asia adalah penyumbang angka terbesar lalu disusul Afrika. Indonesia sendiri, menurut penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia, menempati urutan kedua dengan angka pernikahan dini tertinggi di Asia Tenggara. Dibunuh Demi Nama Baik Pernah membayangkan enggak kalau ada perempuan-perempuan di luar sana yang dengan sengaja dibunuh oleh keluarganya dan itu diperbolehkan oleh tradisinya, hanya karena perempuan itu dianggap membawa aib untuk keluarganya? PBB menyatakan bahwa ada 5.000 perempuan yang mengalami ‘honor killing’ ini setiap tahunnya, yang 1.000 di antaranya berasal dari India. Tapi media Al-Jazeera mengungkapkan melalui investigasinya, bahwa angka ‘honor killing’ di India ini sendiri lebih tinggi dari itu, yaitu bisa mencapai 20.000 kejadian per tahun.
Pembunuhan ini diperbolehkan karena fungsinya untuk menjaga nama baik keluarga dan juga masyarakat sekitar. Enggak hanya di India, tapi hal ini juga terjadi di Inggris, terutama pada perempuan keturunan Asia atau Timur Tengah. Dari tahun 2010-2014, tercatat lebih dari 11.000 kasus kekerasan pada perempuan, termasuk ‘honor killing’. Putus Sekolah Kita semua pasti setuju kalau semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, enggak peduli jenis kelaminnya apa. Tapi ternyata enggak semua perempuan di dunia memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Dari data yang dimiliki oleh UNESCO, 31 juta anak perempuan yang ada di usia yang seharusnya bersekolah dasar, ternyata enggak bisa sekolah. Untuk anak perempuan usia 11-15 tahun, ada 34 juta anak yang enggak bersekolah, dan bahkan ada 116 juta perempuan yang enggak tamat sekolah dasar. Belum lagi fakta bahwa masih ada 450 juta perempuan yang enggak bisa membaca karena tidak pernah bersekolah. Kembali UNICEF memaparkan data kalau hal ini banyak terjadi di Asia Tenggara dan Asia Barat, yaitu 80% anak perempuan enggak bisa bersekolah dan hanya 69% dari negara-negara di seluruh dunia yang sudah memberlakukan kesetaraan gender di sekolah dasar.