Uang dan Kebahagiaan, Uang jajan saya dulu pas-pasan banget. Bahkan sampai kuliah. Saya ingat dulu sempat iri lihat teman-teman yang bisa beli berbagai novel dalam sebulan. Atau yang bisa jalan-jalan keluar negeri bersama teman-teman yang lain. Saya harus cari part time job untuk bisa membeli hal-hal tersier yang diinginkan. Saya ingat waktu itu bermimpi kalau sudah bekerja dan bisa menghasilkan banyak uang maka diri ini akan lebih bahagia.
Puluhan tahun berlalu, saya sudah bisa membeli novel-novel yang diinginkan. Pun beberapa kali keluar negeri dengan uang sendiri. Apakah saya lebih bahagia dibandingkan saat kantong tipis dulu? Antara ya dan tidak. Uang memang bisa membeli hal-hal yang kita butuhkan dan inginkan. Tapi kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan dan sangat tergantung pada persepsi individu tersebut. Sebagai ilustrasi menurut laporan World Economic Forum tahun 2015, tiga negara dengan pendapatan perkapita (pendapatan total negara setahun dibagi jumlah penduduk) tertinggi adalah Jerman (USD 45.888), Kanada (USD 44.833) dan Inggris (USD 39.511) .Di lain pihak untuk indeks kebahagiaan menurut PBB di tahun 2015, tiga negara paling happy di dunia adalah Denmark, Swis dan Islandia. Kanada berada di urutan keenam, sementara Jerman di urutan ke-16, dan Inggris di peringkat 23.
Kalau dilihat dari sini, uang enggak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan. Begitu pun riset yang pernah dilakukan psikolog Daniel Kahneman and ahli ekonomi Angus Deaton dari Princeton University terhadap 1000 warga Amerika. Dalam studi tersebut kebahagiaan akan terus naik sampai pendapatan mencapai USD 75.000 setahun. Di atas itu tidak ada peningkatan signifikan terhadap rasa kebahagiaan yang dirasakan.
Ini pula yang dirasakan Markus Persson setelah ia berhasil menjual game ciptaannya, Minecraft kepada Microsoft seharga USD 3,04 milyar di tahun 2014. Alihalih merasa senang luar biasa, Markus malah nge-tweet, “Hang out di Ibiza dengan teman-teman dan berpesta bersama para seleb, bisa melakukan apa yang kuinginkan dan aku belum pernah merasa terasing seperti ini.” Ada sebuah pepatah yang bilang bahwa kebahagiaan baru terasa ketika kita berbagi dengan orang lain. Riset menarik dilakukan oleh Harvard Business School pada tahun 2015. Aknin memberikan USD 10 Starbucks gift cards kepada para responden. Ada yang diminta menghabiskan untuk dirinya sendiri, ada yang diminta kasih kartunya ke orang lain, ada juga yang diharuskan menghabiskan nilai dalam kartu itu dengan mengajak orang lain. Kelompok yang paling bahagia adalah yang bisa menggunakan hadiah kartu itu kepada orang lain sekaligus menghabiskan waktu bersamanya. Kombinasi rasa peduli pada orang lain dan adanya hubungan yang terjalin membuat level kebahagiaan menjadi jauh meningkat.
Lalu apakah uang bisa bikin kita lebih bahagia? Ya dan enggak. Uang bikin hidup lebih mudah. Tapi kita juga harus tetap mengingat hasrat alami manusia untuk memiliki hubungan dengan orang lain dan rasa mengasihi sesama. Fokus utama bukan cuma terhadap jumlah uang yang dimiliki. Tapi bagaimana kita menghabiskan uang tersebut.