Tampilkan di aplikasi

Karate sampai mati

Majalah Kawanku - Edisi 26/2016
2 Januari 2017

Majalah Kawanku - Edisi 26/2016
Kawanku
Claresta Taufan, sudah kenal karate sejak playgroup dan enggak pernah berhenti berlatih sampai sekarang, bikin Clares sadar kalau dia memang terlahir untuk menekuni salah satu cabang olahraga bela diri ini.

Keseriusan Clares mendalami karate enggak cuman sebatas ikut ekskul, tapi juga bergabung dengan perguruan karate INKAI. Dengan begitu, latihannya jadi lebih disiplin, nambah pengalaman bareng teman sesama karateka, dan dapat Sudah kenal karate sejak playgroup dan enggak pernah berhenti berlatih sampai sekarang, bikin Clares sadar kalau dia memang terlahir untuk menekuni salah satu cabang olahraga bela diri ini.

(vero) pengetahuan baru dari pelatih.

Waktu itu, Clares masih mengenakan sabuk putih, tanda sebagai karateka newbie. Bahkan, Papa Clares sempat memintanya untuk latihan sendiri dulu hingga benar-benar bisa sampai sabuk kuning, baru gabung ke perguruan, tapi Clares bersikeras.

Walaupun selama enam bulan dia hanya duduk diam mengamati Papa dan kakaknya berlatih, diam-diam Clares belajar. Sampai akhirnya dia punya jadwal latihan tiga sampai empat kali seminggu, apalagi saat weekend, untuk belajar teknik pukul, tendangan, membidik lawan, penyerangan, sampai beneran fighting-nya. Hasilnya memang enggak sia-sia, Clares memegang segera memegang sabuk hitam ketika dia masih duduk di bangku kelas 6 SD. Menurut Clares, ini bukan soal bakat atau minat saja, tapi kesukaannya yang sudah menjadi kenyamanan tersendiri. Jadi, sekalinya enggak berlatih karate, dia merasa ada yang hilang.

“Aku enggak pernah nemu alasan untuk enggak karate. Karate membawa banyak hal dalam hidupku, selain biar fisik lebih sehat karena bisa olahraga dengan cara menyenangkan, tapi juga bikin aku dapet banyak prestasi dan penghargaan.
Majalah Kawanku di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI