Tampilkan di aplikasi

Buku Kemdikbud juga dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kilasan Setahun Kinerja Kemendikbud, November 2014 – November 2015

Kilasan Setahun Kinerja Kemendikbud, November 2014 – November 2015

Membentuk Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter

SESUNGGUHNYA pendidikan dan kebudayaan sebagai gerakan semesta sudah ada dalam darah daging sejarah Indonesia. Ia tak pernah berwujud sebagai program pemerintah semata. Dalam sebuah rapat pada 5 Februari 1945, Ki Hadjar Dewantara menggambarkan bahwa – salah satunya—pemberantasan buta huruf telah lama berkembang sebagai gerakan rakyat masa itu.

Menghidupkan kembali ruh itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan kembali visi tersebut. Dalam kerangka strategis 2014-2019, visi kita adalah membentuk insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter berlandaskan semangat gotong royong.

Ekosistem berlandaskan gotong royong pada dasarnya adalah gerakan semesta. Ekosistem mengharuskan adanya pelaku-pelaku yang berdaya serta interaksi yang positif di antara anggota ekosistem. Pemerintah merupakan salah satu anggota dalam ekosistem itu. Layaknya ekosistem yang sehat, hidup dan tumbuhnya semua anggota ditentukan bagaimana interaksi yang saling mendukung dan bergotong royong menggapai tujuan bersama.

Pendidikan dan kebudayaan, karena itu, tidaklah bergerak semata-mata karena kegiatan atau program pemerintah. Semua orang (atau pelaku) diandaikan berpartisipasi secara luas dalam segenap aspeknya. Dan, inilah titik terpenting kebaruan dalam strategi kementerian ini. Pendidikan dan kebudayaan tidaklah pernah hanya program pemerintah maka ia harus dikembalikan sebagai gerakan semesta.

Tentu saja pemerintah harus menjadi pelaku terpenting di dalamnya. Ia harus menjadi pendorong sekaligus fasilitator terkuat, seperti motto Tut Wuri Handayani. Karena itu dalam kerangka strategis dinyatakan secara jelas bahwa strategi ketiga Kemendikbud adalah mengembangkan efektivitas birokrasi melalui pelibatan publik, pelibatan masyarakat, dan perbaikan tata kelola.

Negara harus hadir, harus efektif. Dan birokrasi pendidikan dan kebudayaan adalah motor dalam gerakan semesta ini. Birokrasi di tingkat pusat harus menjadi contoh bagaimana mesin birokrasi bekerja secara efektif. Kemendikbud sadar, untuk itu perlu pelibatan publik serta perbaikan tata kelola. Reformasi birokrasi, khususnya perbaikan tata kelola, yang selama ini didengungkan memang penting. Tapi, untuk mendorong efektivitas birokrasi lebih jauh, cara terbaiknya adalah membuka luas pelibatan publik.

Dan dengan mengembalikan ruh gerakan semesta pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja keras sejak Oktober 2014 untuk menghadirkan kebaruan dalam semesta pendidikan dan kebudayaan kita. Dengan segala kerendahan hati serta permohonan maaf atas berbagai kekurangan di sana sini, izinkan saya menyampaikan kilasan satu tahun kerja kami dengan harapan semoga setahun terakhir ini sungguh menjadi pijakan awal menyongsong kebaruan dalam perjalanan bangsa ini.

Jakarta, November 2015
Anies Baswedan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Husnil / Yudi Anugrah
Editor: Anton Kurnia

Penerbit: Kemdikbud
ISBN: 9786027338609
Terbit: Januari 2016 , 164 Halaman










Ikhtisar

SESUNGGUHNYA pendidikan dan kebudayaan sebagai gerakan semesta sudah ada dalam darah daging sejarah Indonesia. Ia tak pernah berwujud sebagai program pemerintah semata. Dalam sebuah rapat pada 5 Februari 1945, Ki Hadjar Dewantara menggambarkan bahwa – salah satunya—pemberantasan buta huruf telah lama berkembang sebagai gerakan rakyat masa itu.

Menghidupkan kembali ruh itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan kembali visi tersebut. Dalam kerangka strategis 2014-2019, visi kita adalah membentuk insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter berlandaskan semangat gotong royong.

Ekosistem berlandaskan gotong royong pada dasarnya adalah gerakan semesta. Ekosistem mengharuskan adanya pelaku-pelaku yang berdaya serta interaksi yang positif di antara anggota ekosistem. Pemerintah merupakan salah satu anggota dalam ekosistem itu. Layaknya ekosistem yang sehat, hidup dan tumbuhnya semua anggota ditentukan bagaimana interaksi yang saling mendukung dan bergotong royong menggapai tujuan bersama.

Pendidikan dan kebudayaan, karena itu, tidaklah bergerak semata-mata karena kegiatan atau program pemerintah. Semua orang (atau pelaku) diandaikan berpartisipasi secara luas dalam segenap aspeknya. Dan, inilah titik terpenting kebaruan dalam strategi kementerian ini. Pendidikan dan kebudayaan tidaklah pernah hanya program pemerintah maka ia harus dikembalikan sebagai gerakan semesta.

Tentu saja pemerintah harus menjadi pelaku terpenting di dalamnya. Ia harus menjadi pendorong sekaligus fasilitator terkuat, seperti motto Tut Wuri Handayani. Karena itu dalam kerangka strategis dinyatakan secara jelas bahwa strategi ketiga Kemendikbud adalah mengembangkan efektivitas birokrasi melalui pelibatan publik, pelibatan masyarakat, dan perbaikan tata kelola.

Negara harus hadir, harus efektif. Dan birokrasi pendidikan dan kebudayaan adalah motor dalam gerakan semesta ini. Birokrasi di tingkat pusat harus menjadi contoh bagaimana mesin birokrasi bekerja secara efektif. Kemendikbud sadar, untuk itu perlu pelibatan publik serta perbaikan tata kelola. Reformasi birokrasi, khususnya perbaikan tata kelola, yang selama ini didengungkan memang penting. Tapi, untuk mendorong efektivitas birokrasi lebih jauh, cara terbaiknya adalah membuka luas pelibatan publik.

Dan dengan mengembalikan ruh gerakan semesta pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja keras sejak Oktober 2014 untuk menghadirkan kebaruan dalam semesta pendidikan dan kebudayaan kita. Dengan segala kerendahan hati serta permohonan maaf atas berbagai kekurangan di sana sini, izinkan saya menyampaikan kilasan satu tahun kerja kami dengan harapan semoga setahun terakhir ini sungguh menjadi pijakan awal menyongsong kebaruan dalam perjalanan bangsa ini.

Jakarta, November 2015
Anies Baswedan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
SEJAK dilantik secara formal pada 27 Oktober 2014, Kemendikbud periode 2014–2019 segera berpacu. Tak tunggu tempo. Pada minggu-minggu pertama, Kemendikbud periode ini belanja masalah-masalah di dunia pendidikan dan kebudayaan, sekaligus menyusun jalan keluarnya. Lalu, perlahan tapi pasti, kami mulai melangkah setapak demi setapak pada November 2014.

Kami sadar, masalah di dunia pendidikan dan kebudayaan ini bejibun. Seakan tiada habisnya. Namun, potensi anak bangsa Indonesia dan kesadaran masyarakat untuk senantiasa membantu kami-lah yang membuat kami ringan melangkah. Memang, sudah menjadi akar bangsa kita bahwa pendidikan dan kebudayaan adalah urusan kita bersama. Salah satu contoh konkretnya adalah Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya yang membuka kesempatan kepada semua anak bangsa untuk bersekolah tanpa memandang dari suku dan kelas ekonomi mana mereka berasal.

Karena itu, Kemendikbud memastikan bahwa anak-anak Indonesia harus mendapatkan pelayanan pendidikan dan kebudayaan. Demi memenuhi semangat tersebut kami mencetuskan visi “terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong.”

Visi itu, kemudian, kami terjemahkan ke dalam tiga strategi; ketiganya kami jadikan asas untuk membagi buku ini. Pertama, penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan. Bagian ini berisi sejumlah program/gerakan yang sedang kami lakukan untuk lebih memperkuat peran para pelaku pendidikan dan kebudayaan. Kami memasukkan faktor orang tua di sini sebagai ikhtiar awal untuk mengajak orang tua bermitra lebih erat dalam pendidikan anak-anak.

Pendidikan dan kebudayaan senantiasa berkembang setiap saat. Kami menangkap ruh perkembangan itu dan menuturkannya dalam bagian kedua: percepatan dan peningkatan mutu dan akses. Dalam bidang kebudayaan, misalnya, Kemendikbud menerbitkan Sejarah dan Kebudayaan Islam Indonesia (SKII). Penerbitan SKII ini sangat penting karena selama ini pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam Indonesia masih berupa mozaik, belum ada buku yang merangkum kesemuanya. Adanya satu buku yang menyatukan semua itu sangat bermanfaat untuk peningkatan pengetahuan sejarah dan kebudayaan Islam Indonesia.

Bagian ketiga adalah peningkatan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik. Sebagai tonggak penting kualitas manusia Indonesia, Kemendikbud bertekad menjadikan lembaga ini berintegritas. Caranya dengan terus melakukan perbaikan internal. Kemendikbud juga mengambil terobosan penting, di antaranya, dengan membentuk struktur baru, mengadakan seleksi terbuka bagi pejabat di lingkungan Kemendikbud, serta mengajak publik untuk lebih berperan aktif dalam isu-isu pendidikan dan kebudayaan.

Tentu saja, setiap program/gerakan yang ada di setiap bagian tak hanya memenuhi satu strategi. Bisa jadi satu program/gerakan itu saling beririsan antara strategi satu dan strategi dua, atau malah tiga strategi sekaligus. (Untuk lebih jelasnya, sila simak Tabel Program/Gerakan).

Sebelum berakhir, satu hal yang perlu kami tekankan: melalui buku ini kami tak hendak bicara capaian­ capaian. Kami akan membicara­ kannya dalam tahun­ tahun mendatang. Pula, buku ini bukan laporan tahunan. Jadi, kami hanya mengulas kilasan kinerja kami setahun ini. Ibarat makan, ini hidangan pembuka. Sebagaimana sifatnya hidangan pembuka yang membangkitkan nafsu makan, semoga buku ini bisa membuat semua pihak untuk bersama­ sama bergairah memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Tahun Yang Berbeda
Pendahuluan
1. Penguatan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan
     Kurikulum 2013
     Program Indonesia Pintar
     Ujian Nasional
     Guru Garis Depan
     Hari Pertama Sekolah
     Penumbuhan Budi Pekerti
     Registrasi Cagar Budaya
     Sekolah Aman Asap
2. Peningkatan Mutudan Akses
     Lintasan Berisiko Bagi Siswa
     Belajar Bersama Maestro
     Gerakan Terima Kasih Guru
     Menuju Wajib Belajar 12 Tahun
     Afirmasi Pendidikan Menengah
     Kawah Kepemimpinan Pelajar
     Penghargaan Internasional Untuk Siswa
     Gerakan PAUD Berkualitas
     Penerbitan Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia
     Penominasian Warisan Budaya Dunia
3. Pengembangan Efektivitas Birokrasi Melalui Perbaikan Tatakelola dan Pelibatan Publik
     Lokakarya: Membangun Visi Bersama
     Simposium Pendidikan Nasional
     Simposium Guru Dan Tenaga Kependidikan
     Pembentukan Struktur Baru Dalam Kemendikbud
     Seleksi Terbuka Pejabat Di Lingkungan Kemendikbud
     Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi
     Penyerapan Anggaran
     Menjadi Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015
     Darmasiswa
Penutup
Senarai Rujukan
Daftar Singkatan
Pemotret
Terima Kasih
Para Pelakon Di Balik Layar
Blank Page