Tampilkan di aplikasi

Buku Khazanah Intelektual hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Insya Allah Sakinah

Membangun 4 Pilar Keluarga Bahagia

1 Pembaca
Rp 20.000
Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.

Hubungi penerbit
Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital.

myedisi library

Buku ini menyadarkan kita betapa tidak ada rumah tangga sakinah yang dibangun dalam satu hari. Pasti ada onak dan duri yang akan menjadi sandungan. Alih-alih meruntuhkan, batu-batu sandungan tersebut harus mampu kita jadikan sarana memperkokoh fondasi rumah tangga. Kita juga disadarkan betapa tujuan rumah tangga sakinah adalah meraih ridho ilahi. Kareanya, segala permasalahan rumah tangga akan terlihat kecil bila dibandingkan dengan cita-cita mulia kita meraih surga. Toh kebahagiaan hidup kita di dunia hanya sekian tahun saja, sementara kebahagian abadi ada di akhirat sana.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Aam Amiruddin, Dr. MSi
Editor: Muslik

Penerbit: Khazanah Intelektual
ISBN: 9789793838687
Terbit: September 2014 , 112 Halaman










Ikhtisar

Buku ini menyadarkan kita betapa tidak ada rumah tangga sakinah yang dibangun dalam satu hari. Pasti ada onak dan duri yang akan menjadi sandungan. Alih-alih meruntuhkan, batu-batu sandungan tersebut harus mampu kita jadikan sarana memperkokoh fondasi rumah tangga. Kita juga disadarkan betapa tujuan rumah tangga sakinah adalah meraih ridho ilahi. Kareanya, segala permasalahan rumah tangga akan terlihat kecil bila dibandingkan dengan cita-cita mulia kita meraih surga. Toh kebahagiaan hidup kita di dunia hanya sekian tahun saja, sementara kebahagian abadi ada di akhirat sana.

Ulasan Editorial

Buku ini menyadarkan kita betapa tidak ada rumah tangga sakinah yang dibangun dalam satu hari. Pasti ada onak dan duri yang akan menjadi sandungan. Alih-alih meruntuhkan, batu-batu sandungan tersebut harus mampu kita jadikan sarana memperkokoh fondasi rumah tangga. Kita juga disadarkan betapa tujuan rumah tangga sakinah adalah meraih ridho Ilahi. Kareanya, segala permasalahan rumah tangga akan terlihat kecil bila dibandingkan dengan cita-cita mulia kita meraih surga. Toh, kebahagiaan hidup kita di dunia hanya sekian tahun, sementara kebahagiaan abadi ada di akhirat sana

Khazanah Intelektual / Muslik

Pendahuluan / Prolog

Keluarga sebagai Simbol yang Agung
Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menganut sistem pemerintahan sekuler. Artinya, negara sangat menjunjung tinggi kebebasan warga negaranya untuk berbuat dan berpendapat atas dasar menghormati hak asasi mereka. Seks bebas yang lumrah dilakukan warganya bukan merupakan isu yang perlu diperdebatkan di hadapan publik karena hal tersebut berada di wilayah privat. Biarlah itu menjadi urusan setiap pribadi dan negara tidak ikut campur mengurusi birahi warganya. Meski demikian, Negeri Mamang Sam itu memercayai bahwa nilai-nilai luhur keluarga (family value) harus dijunjung tinggi serta dihormati.

Anda tentu masih ingat dengan skandal yang dilakukan mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton. Kala itu, sang presiden bermain asmara dengan mahasiswi yang tengah magang di Gedung Putih bernama Monica Lewinski. Sanksi berupa pemecatan menantinya di depan mata ketika skandal itu terkuak di hadapan publik. Akan tetapi, pemecatan itu tidak pernah terjadi karena istrinya, Hillary Clinton, dengan besar hati mengatakan, “Suami saya melakukan kesalahan, saya memaafkannya.” Seketika itu juga, negara tidak bisa melakukan apa-apa karena istrinya sendiri sudah memaafkan. Untuk apa lagi ada pemecatan?

Dari kasus tersebut, kita bisa menilai bahwa negara sangat sekuler seperti Amerika saja melihat keluarga sebagai simbol yang agung yang bahkan bisa mematahkan sanksi yang akan dijatuhkan oleh negara. Bahkan, keharmonisan rumah tangga tak jarang dijadikan “dagangan” politik. Ya, orang-orang yang mencalonkan diri untuk mengisi jabatan publik di Amerika kerap dinilai dari keharmonisan rumah tangganya. Sekali saja tercium isu rumah tangganya bermasalah, hal tersebut dapat dijadikan alat untuk black campaign oleh lawan politik untuk menjatuhkannya.

Ini berarti, urusan keluarga merupakan fondasi utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Orang yang mampu memimpin keluarganya dengan baik tentu dapat diproyeksikan dapat memimpin negara dengan baik pula. Orang yang bermasalah di keluarganya, paling tidak, diragukan kemampuannya dalam memegang jabatan publik. Karenanya, perceraian yang oleh sebagian orang diartikan sebagai kegagalan dalam membina rumah tangga menjadi momok yang menakutkan.

Islam sendiri menegaskan bahwa perceraian adalah hal yang harus dihindari dalam berkeluarga, kecuali tidak ada jalan lain dan ada kebaikan untuk anak-anak dan keluarga di dalamnya. Ya, siapa yang menginginkan rumah tangganya bermasalah? Tentu tidak ada. Meski demikian, masalah rumah tangga akan selalu ada, dikehendaki ataupun tidak. Semua tergantung kita, tetap bertahan dalam menghadapi badai rumah tangga atau lebih memilih mengakhirinya.

Ya, hidup berumah tangga tidak melulu berisi senyuman. Ia juga kadang dihiasi tangisan. Hubungan suami-istri tidak selamanya diwarnai kebahagiaan. Ia juga kadang diselingi kesedihan yang darinya kita bisa mengambil hikmah. Perhatikan keterangan berikut.

"Sesungguhnya, Allah-lah yang menjadikan orang bisa tertawa dan menangis. Sesungguhnya, Allah-lah yang mematikan dan menghidupkan. Sesungguhnya, Allah-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan." (Q.S. An-Najm [53]: 43-45)

Berdasarkan ayat tersebut, senyuman dan tangisan, pertama, dihubungkan dengan kematian, dan kedua, dihubungkan dengan keluarga (pasangan). Jadi, jika mengaitkan antara ketiga unsur tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah tempat kita menangis dan tersenyum. Tidak mungkin hanya tersenyum saja atau menangis saja. Keluarga merupakan universitas kehidupan, tempat tangisan dan senyuman, serta ruang belajar. Kita baru bisa dikatakan lulus dari universitas kehidupan itu jika kita dipisahkan dari pasangan oleh kematian.

Jadi, siapkah Anda menyelami sebuah dunia yang di dalamnya tidak selamanya indah yang disebut rumah tangga sakinah?

Penulis

Aam Amiruddin, Dr. MSi - Aam Amiruddin adalah intelektual muda yang senantiasa mengedepankan pendekatan dialog cerdas dalam menyampaikan gagasannya. Karenanya, banyak kalangan menaruh simpati dan mengaminkan opini-opininya. Dia tergolong produktif dalam melahirkan karya-karya intelektual dalam bentuk buku. Tentu saja, kekayaan intelektual tersebut hasil tempaan dunia akademik yang tidak bosan dikenyamnya.

Dia menamatkan studi di Ma’had Ta’lim Lughah al ‘Arabiyyah (sekolah milik Kedutaan Saudi Arabia), mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Saudi Arabia untuk menekuni Islamic Studies di International Islamic Educational Institute, menamatkan program Magister Sains di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, serta menamatkan program Doktor Ilmu Komunikasi di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Masyarakat luas mengenal suami dari Hj. Sasa Esa Agustiana, S.H. dan ayah dari Iqbal Rasyid Ridho, Tsania Shofia Afifa, dan Tsalitsa Syifa Afia ini sebagai narasumber di beberapa acara religi di Radio OZ 103,1 FM dan beberapa stasiun televisi swasta, seperti TVOne, RCTI, SCTV, TransTV, dll.

Daftar Isi

Pengantar Penulis: Sebuah Pembahasan yang Tiada Habisnya Bernama Rumah Tangga
Sakinah & Keberuntungan (Sebuah Pengantar)
Prolog: Keluarga Sebagai Simbol yang Agung
Deskripsi Keluarga Sakinah
     1. Keluarga Sakinah = Tempah Mencurahkan Kasih Sayang
     2. Keluarga Sakinah = Tempat Beristirahat Melepas Penat
     3. Keluarga Sakinah = Tempat Bercengkerama (Curhat)
     4. Keluarga Sakinah = Tempat Untuk Kembali
     5. Keluarga Sakinah = Tempat Aktualisasi Diri dan Ketakwaan
     6. Keluarga Sakinah = Tempat Saling Belajar
Fondasi Keluarga Sakinah
     1. Bangun Jiwa Sakinah
     2. Hidupka Jiwa Mawadah
     3. Pertahankan Semangat Rahmah
Pilar Keluarga Sakinah
     1. Pasangan yang Saleh
     2. Anak-anak yang Berbakti
     3. Lingkungan yang Kondusif
     4. Rezeki yang Halal
Kiat Membangun Keluarga Sakinah
     1. Berusaha Untuk Mensalehkan Pasangan
     2. Berusaha Menanamkan Nilai-nilai Keislaman (Ketauhidan)
     3. Menjadikan Ilmu Sebagai Landasan Kehidupan Dalam Berumah Tangga
     4. Memberikan Bimbingan Keteladangan (Contoh yang Baik)
     5. Menunaikan Hak dan Kewajiban
Epilog: Rahasia Keluarga Sakinah
     1. Kekuatan Agama
     2. Kekuatan Kasih Sayang
     3. Kekuatan Doa
     4. Kekuatan Syukur dan Sabar
     5. Kekuatan Takwa
Bedah Masalah
     Membayangkan Orang Lain Saat Bercinta dengan Suami
     Menyuruh Suami Menikah Lagi atau Mengadopsi?
     Apakah Saya Harus Nikah Siri?
     Calon Suami Mengaku Pernah Berzina
     Istri Mau Rujuk Asal Diberi Hadiah
     "Diobati" Sebelum Menikah
     Lelang Dibilang Tidak Melayani Suami dengan Baik
     Rumah Tangga Penuh Sandiwara
     Tidak Peduli Kepada Suami yang Bikin Sakit Hati
     Apa Bedanya Talak Satu, Dua, dan Tiga?
     Ketika Menemukan Surat Talak yang Sudah Lama Tersimpan
Tentang Penulis
Daftar Pustaka

Kutipan

Prolog
Keluarga merupakan fondasi utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Orang yang mampu memimpin keluarganya dengan baik tentu dapat diproyeksikan dapat memimpin negara dengan baik pula. Orang yang bermasalah di keluarganya, paling tidak, diragukan kemampuannya dalam memegang jabatan publik.

Deskripsi Keluarga Sakinah
Keberadaan pasangan atau buah hati dalam keluarga sakinah akan menjadi semacam benteng yang dapat menahannya dari dorongan berbuat dosa dan kemaksiatan.

Fondasi Keluarga Sakinah
Benih-benih perselingkuhan berasal dari kemampatan komunikasi di antara pasangan di rumah. Sehingga, suami atau istri mencari tempat kembali lain berupa wanita idalam lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL).

Pilar-pilar Keluarga Sakinah
Menyadari bahwa pasangan memiliki kekurangan dan kita berbesar jiwa untuk menerimanya akan melahirkan perasaan tenang.

Kiat Membangun Keluarga Sakinah
Tidak harus selalu suami yang membimbing istrinya. Istri pun boleh membimbing suaminya jika memang dia lebih shaleh dan lebih beriman ketimbang suaminya.

Epilog
Cintailah orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah orang yang tidak engkau sukai itu sekedarnya saja sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang kamu cintai.