Tampilkan di aplikasi

Buku Khazanah Intelektual hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Anak Anda Bertanya Seks?

Langkah Mudah Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Seks

1 Pembaca
Rp 30.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 90.000 13%
Rp 26.000 /orang
Rp 78.000

5 Pembaca
Rp 150.000 20%
Rp 24.000 /orang
Rp 120.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Apa yang akan Anda katakan kalau suatu saat buah hati bertanya, “Bunda, penis itu apa?” Atau, bagaimana cara Anda menjelaskan ketika di kecil ingin tahu bagaimana cara adik bayi keluar dari perut ibu? Lantas, apa pula tindakan yang akan Anda ambil ketika mengetahui anak Anda dan temannya menyentuh alat kelamin satu sama lain? Terkejut, bingung, malu dan ingin marah; itu sudah pasti. Tapi apakah hal itu menyelesaikan masalah dan melepaskan Anda dari tanggung jawab memberi penjelasan atas pertanyaan anak tersebut? Tentu saja tidak.

Memberikan pendidikan seks bagi anak adalah salah satu tanggung jawab ‘menyeramkan’ yang mau tidak mau harus dilaksanakan oleh setiap orang tua. Pertanyaannya, siapkah Anda melaksanakan tanggung jawab yang satu ini? Jangan khawatir. Semua yang Anda butuhkan ada dalam buku yang sedang ada pegang ini. Membaca buku ini,

Anda akan diajak menapaki satu persatu langkah menjawab pertanyaan anak seputar seks. Ikuti langkah tersebut dan Anda tidak harus canggung menghadapi anak yang ingin mengetahui segala hal tentang seksualitas mereka.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Alva Handayani / Aam Amiruddin, Dr. MSi

Penerbit: Khazanah Intelektual
ISBN: 9791641013
Terbit: Oktober 2008 , 122 Halaman










Ikhtisar

Apa yang akan Anda katakan kalau suatu saat buah hati bertanya, “Bunda, penis itu apa?” Atau, bagaimana cara Anda menjelaskan ketika di kecil ingin tahu bagaimana cara adik bayi keluar dari perut ibu? Lantas, apa pula tindakan yang akan Anda ambil ketika mengetahui anak Anda dan temannya menyentuh alat kelamin satu sama lain? Terkejut, bingung, malu dan ingin marah; itu sudah pasti. Tapi apakah hal itu menyelesaikan masalah dan melepaskan Anda dari tanggung jawab memberi penjelasan atas pertanyaan anak tersebut? Tentu saja tidak.

Memberikan pendidikan seks bagi anak adalah salah satu tanggung jawab ‘menyeramkan’ yang mau tidak mau harus dilaksanakan oleh setiap orang tua. Pertanyaannya, siapkah Anda melaksanakan tanggung jawab yang satu ini? Jangan khawatir. Semua yang Anda butuhkan ada dalam buku yang sedang ada pegang ini. Membaca buku ini,

Anda akan diajak menapaki satu persatu langkah menjawab pertanyaan anak seputar seks. Ikuti langkah tersebut dan Anda tidak harus canggung menghadapi anak yang ingin mengetahui segala hal tentang seksualitas mereka.

Ulasan Editorial

Perbedaan sudut pandang kedua penulis buku ini (psikolog dan dai) membuat opini mereka saling melegkapi. Oleh karena itu, buku ini menjadi sebuah referensi yang lengkap. Referensi yang memiliki unsur psikologi dan juga religi

Khazanah Intelektual / Muslik

Pendahuluan / Prolog

Be Askable Parents
Selama ini, pentingnya pendidikan seks bagi anak kerap menjadi bahan perdebatan. Pendapat orangtua maupun pemerhati masalah anak terbagi dua, ada yang pro dan ada pula yang kontra. Mereka yang pro menyatakan bahwa pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin. Hal ini untuk menghindarkan anak dari eksperimen seksual yang salah. Pendidikan seks yang diberikan sejak dini juga dapat membentengi anak dari kesesatan informasi seksualitas yang mungkin akan dia dapatkan dari orang atau media lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sementara itu, mereka yang kontra terhadap pendidikan seks pada anak menilai bahwa seksualitas adalah sesuatu yang natural. Jadi, biarkanlah anak mempelajari hal itu secara natural pula. Kelak, dia akan mengerti sendiri. Memberikan pendidikan seks sejak dini sama artinya dengan memberikan pengetahuan yang belum siap diterima anak. Alih-alih mendidik anak, pendidikan seks dini bisa membuat anak “matang” sebelum waktunya.

Mana di antara kedua pendapat tersebut yang benar? Bagi yang pro terhadap pendidikan seks sejak dini, Anda harus cermat mengetahui jenis pendidikan seks yang dibutuhkan anak pada tingkatan usia tertentu. Ya, hal ini diperlukan untuk menghindari overload pemberian informasi seks yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Bagi yang kontra terhadap pendidikan seks sejak dini, Anda harus tahu bahwa pendidikan seks tidak hanya berbicara mengenai alat-alat kelamin serta fungsinya. Dalam pendidikan seks, anak dididik untuk menyadari perbedaan jenis kelaminnya dengan orang lain dan memberikan pengetahuan pada anak untuk bertanggung jawab terhadap seksualitasnya.

Sekarang, mari kita hentikan dulu perdebatan mengenai penting dan tidaknya pendidikan seks sejak dini. Kita berandai-andai sejenak berada pada situasi berikut. Siang itu, Anda sedang menemani anak bermain di taman. Tiba-tiba, si kecil lari menghampiri Anda yang sedang asyik duduk membaca tabloid di bawah rindangnya pohon. Dengan air muka yang lucu, si kecil kemudian bertanya, “Bunda, penis itu apa?” Kaget, pasti itulah ekspresi Anda saat itu. Apakah kekagetan tersebut membuat Anda terlepas begitu saja dari tanggung jawab menjawab pertanyaan itu? Tidak, bukan?

Kalau sudah begini, masihkan kita memperdebatkan penting dan tidaknya pendidikan seks? Kita harus mulai menyadari bahwa pendidikan seks bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan. Pendidikan seks adalah sebuah kewajiban yang harus diberikan setiap orangtua kepada anak-anaknya.

Paling tidak, ada beberapa langkah yang harus Anda persiapkan. Pertama–tentu saja–tentukan penanggung jawab pendidikan seks yang pertama dan utama. Kedua, tentukan target. Ketiga, ketahui cara pendekatan pada anak sesuai dengan usianya. Keempat, tanamkan sikap dan nilai positif tentang seks. Kelima, kenali saat anak mulai penasaran tentang seks. Keenam, ketahui aturan mainnya. Ketujuh, ketahui pula kemungkinan pertanyaan serta alternatif jawabannya. Kedelapan, kenali tingkah laku menyimpang.

Penulis

Alva Handayani - Menyelesaikan S1 Psikologi jurusan Psikologi Klinis di UNPAD, dan S2 bidang Psikologi Perkembangan di Pascasarjana UNPAD. Sertifikasinya sebagai asesor untuk program Management Skills Assessment, diperoleh dari The International Consulting Group Inggris (2000).

Selain sebagai psikolog anak dan remaja, ia juga aktif sebagai pembicara seminar & talkshow, konsultan, trainer dan motivator di berbagai pelatihan bidang pendidikan, dan manajemen sumber daya manusia, yang membawanya menjelajah beberapa wilayah di Indonesia. Dia telah bergabung dengan tim konsultan ITB untuk memberikan pelatihan guru di Siak (2005); dan bersama tim OPENMIND menyelenggarakan teacher training untuk guru-guru TK, SD, SMP, dan SMA, out bound dan self improvement program untuk siswa SMP-SMA dan mahasiswa (2005-sekarang). Pengalamannya dalam memberikan pelatihan untuk guru dan siswa di pelosok ini sempat dimuat di kolom evesiprit, majalah eve edisi Mei 2006.

Kesenangannya mengajar juga sempat menjadikannya dosen Fakultas Psikologi UNISBA (1994-2003), Kepala Sekolah di salah satu SD swasta di Bandung yang memiliki program inklusi (2003-2005), dan menjadi dosen tamu di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung atau yang sebelumnya dikenal dengan nama NHI. Meski kegiatannya cukup padat, namun dia masih sempat menulis dan menjadi narasumber di beberapa radio seperti Mustika FM, Sky FM, Ninetyniners, Radio B, dan lain-lain. Kegiatan ini dia tekuni sejak tahun 1998. Saat ini, dia juga tercatat sebagai Direktur Pengembangan Program di OPENMIND, Management & Education Consultant yang berkedudukan di Bandung, dan sebagai associate untuk HRAS Telkom.
Aam Amiruddin, Dr. MSi - Aam Amiruddin adalah intelektual muda yang senantiasa mengedepankan pendekatan dialog cerdas dalam menyampaikan gagasannya. Karenanya, banyak kalangan menaruh simpati dan mengaminkan opini-opininya. Dia tergolong produktif dalam melahirkan karya-karya intelektual dalam bentuk buku. Tentu saja, kekayaan intelektual tersebut hasil tempaan dunia akademik yang tidak bosan dikenyamnya.

Dia menamatkan studi di Ma’had Ta’lim Lughah al ‘Arabiyyah (sekolah milik Kedutaan Saudi Arabia), mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Saudi Arabia untuk menekuni Islamic Studies di International Islamic Educational Institute, menamatkan program Magister Sains di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, serta menamatkan program Doktor Ilmu Komunikasi di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Masyarakat luas mengenal suami dari Hj. Sasa Esa Agustiana, S.H. dan ayah dari Iqbal Rasyid Ridho, Tsania Shofia Afifa, dan Tsalitsa Syifa Afia ini sebagai narasumber di beberapa acara religi di Radio OZ 103,1 FM dan beberapa stasiun televisi swasta, seperti TVOne, RCTI, SCTV, TransTV, dll.

Daftar Isi

Cover
Alva Handayani’sThank’s To
Aam Amiruddin’sThank’s To
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Pendahuluan
Tentukan PenanggungJawab Pendidikan SeksYang Pertama & Utama
     A. Informasi Seks Ada Di Mana-mana
     B. Anda Guru Pertama
Tentukan Target
     A. Be An Askable Parents
!
Pendekatan Pada AnakYang Berbeda Usia
     A. Mulailah Sejak Dini
     B. Menyampaikan Informasi Tentang Seks Pada Anak Usia Prasekolah
     C. Menyampaikan Informasi Tentang Seks Pada Anak Usia Sekolah
Tanamkan Sikap &
Nilai Positif Tentang Seks
     A. Apa Yang Dimaksud Dengan “Sikap Yang Sehat” Terhadap Seks
?
     B.
Seberapa Penting Peran Keluarga dalam Mengembangkan Sikap yang
Sehat terhadap Seks bagi Anak-anaknya?
     C. Bagaimana Cara Orangtua Menjaga agar Anak Terbebas dari Pengaruh
Lingkungan yang Tidak Baik?
     D. Apa yang harus dilakukan orangtua untuk membangun karakter yang
baik pada anak?
     E. Bagaimana Islam Menerapkan Pendidikan Seks pada Pembinaan
Karakter Anak Sejak Dini?
Kenali Saat AnakMulai Penasaran TentangSeks
     A. Kapan Anak Mulai Penasaran tentang Seks?
     B. Apa yang Disebut Tingkah Laku Seksual Anak-anak?
     C. Apakah Boleh Menggunakan Kata Ganti untuk Menyebutkan Bagian
Tubuh yang Bersifat Pribadi?
     D. Apa yang Harus Dilakukan Ketika Mendapati Anak Sedang Bermain
“Dokter-dokteran”, dan Menunjukkan Bagian Tubuh Pribadinya pada
Anak Lain?
     E. Kapan Orangtua Harus Mendudukkan Anaknya untuk Diskusi Mengenai
Pentingnya Masalah Seks?
     F. Apa Bahayanya Jika Orangtua Terlalu Sedikit atau Terlalu Lambat
Mengajari Anak tentang Seks?
     G. Pada Usia Berapa Tahun Anak Telanjang di Rumah Harus Mulai
Dibatasi?
     H. Sejauh Mana Orangtua Dapat Mengandalkan Sekolah untuk
Memberikan Pendidikan Seks?
     I. Pada usia berapa anak perempuan harus diberitahu tentang
menstruasi?
     J. Apakah Perilaku Anak Mencerminkan Sistem Nilai yang Ditanamkan
dalam Keluarga?
     K. Apakah Anak Memerlukan Pendidikan Seks di Usianya yang Masih Dini?
     L. Jika Orangtua Tidak Memulai Berbicara kepada Anak tentang Seks Sejak
Dini, Adakah Cara untuk Mengejar Ketinggalan Tersebut?
     M. Apakah Saya Boleh Menunjukkan Kemesraan dengan Pasangan di
Depan Anak?
     N. Anak Saya Masuk ke Dalam Kamar dan Melihat Kami Sedang
Berhubungan Seks. Apa yang Harus Dilakukan?
     O. Bagaimana Saya Harus Merespons Indikasi Perilaku Seksual Anak, dan
Mengubahnya Menjadi Lebih Baik?
     P. Bagaimana Cara Orangtua Membantu Anak agar Mereka Memiliki Sikap
yang Sehat terhadap Tubuhnya?
Ketahui Aturan Mainnya
     A. Mulailah Sejak Dini, Sertakan Nilai-nilai
     B. Bahasa Anak
     C. Ciptakan Suasana Terbuka
     D. Dengarkan Anak Anda
     E. Cobalah Jujur
     F. Bersabarlah
     G. Gunakan Segala Kesempatan untuk Berbicara
     H. Bicarakan Lagi dan Lagi
Kemungkinan PertanyaanSerta alternatifJawabannya
     A. Berawal dari Rasa Ingin Tahu
     B. Pertanyaan Anak Seputar Kehamilan Beserta Alternatif Jawabannya
     C. Pertanyaan Anak Seputar Reproduksi Beserta Alternatif Jawabannya
     D. Pertanyaan Lain Seputar Seks Beserta Alternatif Jawabannya
Kenali Tingkah LakuMenyimpang
     A.
Apakah Anak Akan Bermasalah dalam Perkembangan Psikologisnya Jika Membiarkannya Tidur dengan Orangtua?
     B. Apakah Berbahaya Bagi Perkembangan Psikologisnya Jika Anak Melihat
Orang Tuanya Berhubungan Seks?
     C. Apakah Normal Bila Anak Suka Memegang Kemaluannya?
     D. Anak Gadis Saya Mengatakan “Bagian Pribadinya” Tercubit oleh
Temannya di Sekolah. Apa yang Harus Saya Lakukan?
     E. Anak Saya Mulai Mengucapkan Kata-kata Kotor atau Membuat Joke
tentang Seks. Apa yang Harus Saya Lakukan?
     F. Saya Tidak Bisa Selalu Mengontrol Tontonan Anak Saya di Televisi.
Apakah Dia akan Terpengaruh Jika Melihat Hal-hal yang Secara Vulgar
Menampilkan Adegan Ciuman, Pelukan, atau Adegan Seks?
     G. Apakah Wajar Jika Anak Lelaki Berpakaian Seperti Anak Perempuan?
     H. Apa Tandanya Jika Anak Mengalami Masalah yang Mengarah pada
Kelainan Identitas Gendernya?
     I. Apa yang Harus Dilakukan untuk Mencegah Terjadinya Kelainan Gender
pada Anak?
     J. Apakah Perilaku Seksual yang Tidak pada Tempatnya Dapat
Membahayakan Tubuh Anak?
     K. Apakah Kebiasaan Seksual Anak Dilakukan dengan Sengaja dan
Bagaimana Cara Mngetahuinya?
     L. Apa yang Harus Dilakukan Ketika Kita Mencurigai Anak Telah Dilecehkan
atau Melecehkan Anak Lain Secara Seksual?
Daftar Pustaka
Tentang Penulis

Kutipan

Tentukan Penanggung Jawab Pendidikan Seks Yang Pertama & Utama
Kita mulai langkah menjawab pertanyaan anak tentang seks dengan mengajukan pertanyaan, “Siapa yang harus mengajari anak tentang seks?” Ya, sebagai orangtua, Anda memutuskan dari siapa anak harus mendapatkan pendidikan seks pertama kali. Hal ini perlu untuk memosisikan siapa yang akan lebih banyak berperan dan bertanggung jawab atas pendidikan seks anak-anak Anda.

Tentukan Target
Langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran. Hal ini bertujuan untuk mengukur kesuksesan pelajaran seks yang Anda berikan pada anak. Tulislah target yang ingin dicapai. Tuliskan dalam kalimat positif dan menggambarkan perilaku spesifik yang Anda harapkan ditampilkan oleh anak. Jadi, daripada Anda menulis “Agar tidak melakukan tindakan seks bebas”, sebaiknya Anda tulis, “Agar anak menampilkan sikap dan perilaku yang positif tentang seks sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan norma agamanya”, misalnya.

Pendekatan Pada Anak Yang Berbeda Usia
Target-target yang ditulis di langkah 2, membuat Anda tidak lagi terfokus pada masalah atau kekhawatiran yang justru akan menyedot energi dan perhatian. Target tersebut membuat Anda lebih terfokus pada solusi. Target-target itu akan menuntun Anda pada upaya mencari cara untuk mencapainya. Beberapa target yang dituliskan bisa sangat khas, sesuai dengan pola dan nilai-nilai yang Anda anut dalam keluarga. Beberapa hal lain mungkin bersifat umum dan dimiliki oleh orangtua lainnya tentang anak-anak mereka. Berikut adalah hal umum yang orangtua inginkan dari anak setelah mendapatkan informasi yang benar tentang seks.

Tanamkan Sikap & Nilai Positif Tentang Seks
Setiap orangtua mempunyai standar sikap dan nilai-nilai spesifik yang mereka ajarkan dalam keluarga. Dalam hal pendidikan seksual, mungkin Anda ingin anak terbuka untuk membicarakan keingintahuan mereka tentang seks pada orangtuanya. Atau, Anda ingin anak-anak mampu menjaga tata krama dan sikap mereka dalam pergaulan.

Kenali Saat Anak Mulai Penasaran Tentang Seks
Menjawab pertanyaan anak tentang seks sering merupakan tanggung jawab orangtua yang paling “menakutkan”. Tak terkecuali bagi mereka yang memiliki rasa percaya diri tinggi saat berada di depan bawahan atau atasannya di kantor sekalipun. Jika sedang berhadapan dengan anak, kadang mereka juga merasa berat dan canggung untuk membahas masalah seks dengan anaknya. Meskipun demikian, topik ini tidak bisa dihindari. Dengan menjawab pertanyaan yang diajukan, orangtua sekaligus dapat membantu perkembangan pola pikir yang sehat tentang seks anaknya. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui sebagai persiapan menjawab pertanyaan anak seputar seks.

Ketahui Aturan Mainnya
Jika Anda simak, umumnya pertanyaan anak bersifat mudah dan sederhana. Oleh karena itu, Anda hanya perlu memberikan informasi simpel yang sesuai dengan usia anak. Perasaan malu atau tabu yang diperlihatkan orangtua ketika anak bertanya mengenai seks, biasanya diartikan oleh anak sebagai petunjuk bahwa orangtuanya tidak menyukai pertanyaan semacam itu. Oleh karena itu, mungkin mereka tidak mau lagi bertanya pada Anda. Sementara di sisi lain, rasa ingin tahu itu tidak pernah berhenti sehingga mereka akan berusaha mendapatkan informasi dari lingkungan luar keluarga seperti teman, majalah, film, dan lain-lain. Jadi, berikanlah jawaban atau penjelasan secara apa adanya. Berikan informasi yang ingin diketahui anak. Mungkin hanya itulah yang menarik perhatiannya pada saat sekarang.

Kemungkinan Pertanyaan Serta alternatif Jawabannya
Memasuki usia 2,5 tahun atau lebih, anak Anda mungkin akan memberikan kejutan dengan bertanya, “Dari mana bayi keluar?” Sebernarnya, pertanyaan tersebut tidak terlalu aneh, terutama jika Anda atau orang lain yang dekat dengan keluarga sedang hamil. Tampaknya, seorang anak mempunyai kecerdasan khusus memilih waktu yang tidak tepat untuk bertanya yang membuat orangtuanya merasa tidak nyaman.

Ketika anak bertanya seperti itu, hal tersebut adalah momen penting yang tidak boleh dilewatkan. Perlu Anda ketahui, salah satu penyebab mengapa anak melakukan percobaan seks adalah karena mereka tidak memiliki bekal pengetahuan yang baik tentang seks. Bagi anak, percobaan tersebut adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan yang diinginkan ketika dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari orangtuanya. Selain itu, membiarkan anak memperoleh jawaban dari orang lain atau sumber-sumber luar yang diragukan kredibilitasnya akan membuat anak kurang percaya pada Anda. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat komunikasi antara anak dan orangtua menjadi terganggu.

Berkaitan dengan hal ini, sebuah lembaga penelitian di Amerika pernah melakukan riset yang bertajuk Beyond the “Big Talk”. Penelitian tersebut menggunakan survei tertulis yang diberikan kepada 312 anak di wilayah California Selatan dengan rentang usia antara 11 hingga 15 tahun. Selain mencoba untuk mengungkap seberapa sering, riset ini juga mengintip kegiatan diskusi anak-anak dengan orangtua soal seks. “Semakin sering orangtua dan anak berbicara dan berdiskusi—terutama tentang seks—semakin dekat pula hubungan batin mereka,” tulis Steven Martino dan timnya dari Rand Corporation dalam Jurnal Pediatric.

Keeratan hubungan orangtua dan anak ini juga bermanfaat ketika diskusi mulai meluas atau keluar dari topik-topik “aman” dan masuk ke topik-topik yang tidak bersifat personal seperti pubertas, reproduksi, penyakit menular seksual, hingga topik yang lebih pribadi seperti masturbasi. Dari riset tersebut, terlihat juga bahwa para ibu cenderung lebih sering berdiskusi dengan anak-anak soal seks. Kecenderungan ini bahkan dua kali lipat dibanding diskusi dengan ayah.