Tampilkan di aplikasi

Wanita dijajah pria, itu dulu

Majalah Matra - Edisi 1217
11 Desember 2017

Majalah Matra - Edisi 1217

Hampir 80%–85% gugatan cerai yang pernah ada justru dilakukan oleh pihak istri kepada suaminya.

Matra
Tembang Sabda Alam karya komponis Ismail Marzuki itu bisa dianggap sebagai “mars penindasan” bagi kaum perempuan. Tengok saja, dua baris lirik pertama yang mengesankan betapa nestapanya nasib perempuan. Mana ada perempuan yang mau dijajah? Apalagi, cuma dijadikan perhiasan.

Namun, pada dua baris berikutnya, justru mengesankan pria itu sebenarnya bukanlah apa-apa. Meski lirik itu cuma dalam sebuah lagu, toh, tidak jauh dari kenyataan, terutama dalam kasus perceraian. Hampir 80%–85% gugatan cerai yang pernah ada justru dilakukan oleh pihak istri kepada suaminya.

Gugatan cerai istri biasanya terjadi oleh berbagai sebab. Mulai dari pembatasan hak istri, suami yang pengangguran, perselingkuhan, hingga kekerasan. Persentase ini menunjukkan, tingkat kesadaran perempuan terhadap hukum meningkat pesat ketimbang masa lalu.

Seiring dengan bergulirnya waktu, kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan dan bekerja terbuka lapang. Sekarang sudah banyak perempuan yang berkarier, tidak hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga.

Bahkan, sudah mencapai top position. Istri tidak lagi tergantung pada suaminya dalam soal nafkah. Kesempatan bersosialisasi dan mendapatkan informasi seputar hukum perkawinan pun semakin luas. Tidak seperti pada zaman dahulu, persentase istri yang menggugat cerai suaminya masih terbilang kecil.

Berdasarkan pengalaman, hal itu terjadi karena ketergantungan ekonomi dan kultur yang acap berpihak kepada laki-laki. Sang suami amat mendominasi istrinya yang tidak bekerja. Ingin “berontak”? Masih tersandung dengan faktor ekonomi dan kultur tadi. Pertimbangan ekonomi inilah yang membuat kaum perempuan saat itu tidak berdaya.
Majalah Matra di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI