Sidang Pembaca Jika Anda didatangi wartawan MATRA, himbauan kami silahkan tanya identitasnya. Kalaupun identitasnya ada, silahkan periksa tanggal kadaluwarsanya. Setelah itu, cek lagi, mulai dari foto yang ada di kartu, dengan nama yang tercantum. Wartawan MATRA, dilengkapi identitas jelas. Kartu pers terbuat dari kartu plastik, lengkap dengan tanda tangan Pemimpin Redaksi: S.S Budi Rahardjo.
Bila Anda masih tetap ragu, silahkan menelepon Redaksi MATRA: (021) 2900-2770. Hal ini, sengaja kami ingatkan kembali, karena masih ada saja orang yang mengaku-ngaku dari MATRA. Wartawan gadungan itu, mengejar nara sumber, bukan dengan maksud menulis atau mereportase kejadian, fenomena atau trend yang berkembang.
“Wartawan” itu, pura-pura memohon waktu wawancara ke nara sumber. Ujungnya, di akhir wawancara ia meminta sekedar uang rokok/transport. Agar lebih keren, “oknum“ itu berkilah sebagai “iklan terselubung.” Ada beberapa informasi yang kami dapati tentang kejadian ini, lewat surat, telepon, bahkan kami sempat mengecek langsung nara sumber yang merasa ditipu. Dari nara sumber itu, kami jadi tahu bahwa ada modus “orang yang mengaku dari MATRA” ini.
Setelah wawancara, ia memberi kartu nama aspal (asli tapi palsu). Rupanya, ia memalsu cetak kartu nama, lengkap dengan logo, alamat dan nomor telepon kantor kami. Maka, kami pun sedang berusaha melacaknya, bekerjasama dengan aparat kepolisian.
Jurus buat Anda, Pembaca. Anda berhak tidak melayani wartawan tanpa identitas. Sebagai penangkal awal, kami beberapa kali mengingatkan hal serupa, di rubrik ini. Tujuannya, tak lain agar Anda lebih awas dan waspada. Banyak cara untuk mencari nafkah, banyak kiat demi bertahan hidup. MATRA sampai hari ini, tetaplah institusi Pers yang memegang dan mengedepankan idealisme.
Dalam menembus sumber berita, kami memiliki etika, norma dan aturan ketat. Wartawan MATRA, dilarang/tidak diperkenankan menerima uang/apapun dari nara sumber. Jika diberi saja kami menolak. Maka, tak mungkin wartawan MATRA meminta-minta sesuatu dari nara sumber.
Kode etik jurnalistik tetap kami junjung. Dalam menulis sebuah artikel yang penuh daya pikat, wartawan kami punya kiat atau cara tersendiri tanpa harus melacur pada hal-hal yang merusak kredibilitas MATRA. Wartawan dan segenap kru MATRA sudah diseleksi dan “disaring” ketika bergabung. Bukannya hanya soal kartu pers sebagai identitas. Yang lebih penting lagi, identitas kami adalah soal “sikap”.
Perilaku yang santun, wawasan jurnalistik yang baik, dan intelektual memadai, menyatu dalam normatif yang berlaku di kantor kami, secara turun-temurun. Sebelum berangkat ke nara sumber atau lapangan, wartawan kami sudah membekali diri dengan berbagai riset. Suatu hal yang membuat MATRA eksis hingga hari ini.
Kami sering mengundang tokoh untuk berbagi ilmu, jika kami hendak menulis suatu hal penting. Senior dari kami, tak jemu berbagi “ilmu” kepada rekan-rekan yang lebih “junior”. Bagaimana “berakrobat” di lapangan, menembus nara sumber, dan melakukan “teknik wawancara” dengan benar, merupakan sesuatu hal yang dipelajari terus menerus.
Dari situ, para ‘ujung tombak’ MATRA juga terus belajar bagaimana menulis, misalnya, “memikat pembaca lewat feature”. Kami punya sistem evaluasi dan penilaian kerja secara berkala. Soal deadline dan bagaimana sang wartawan menuliskan hasil ‘belanjaan’ dalam bentuk atau laporan utuh, memang sudah menjadi sistem yang berlaku sejak edisi perdana.
Ada kelas-kelas khusus, untuk membangun sumber daya manusia MATRA. Begitulah, sedikit kabar dari ‘markas’ kami. Terima kasih atas pujian dan masukan, yang mengatakan bahwa Majalah Trend Pria ini sedang mengalami perubahan yang lebih baik. Sampai jumpa bulan depan.
Redaksi.