Produksi ke-24 Teater Indonesia ini berkisah tentang Nyonya Nyai Salma, seorang janda kaya raya yang hidup di kampung antah berantah. Ia panik karena rumahnya kemalingan. Kebetulan, ia punya selendang sakti, yang dicari para pencuri. Selendang inilah yang menjadi pemicu intrik orang-orang yang mengenal dirinya.
Mulai pencuri kelas teri hingga pencuri kelas kakap ingin mendapatkannya, termasuk orang-orang ‘dalam’ yang sebenarnya sudah menjadi kaki tangan Nyai Salma. Para pencuri itu dengan pintar dan lihai menyamar menjadi apa saja, sehingga sulit dikenali. Ada dua pencuri yang dikenal yang berbahaya, yang mengandung unsur mitos bahkan klenik.
Secara konsep, Agus Noor, sang Sutradara sekaligus penulis lakon “Pesta Para Pencuri’ terlihat cerdas tapi tidak gegabah menghadirkan para pencuri itu dengan dialog dan celotehan para pemainnya. Yang lebih penting lagi, intrik antarpencuri dalam lakon ini menjadi hiburan yang menyenangkan. ‘Pesta Para Pencuri’ jadi dagelan yang mengocok perut penonton.
Lagi-lagi, para pemain seperti, Cak Lontong, Akbar, Trio GAM, Inayah Wahid, Susilo Nugroho, Marwoto menjadi pemicu ‘keributan’ para penonton, yang tak kuasa tertawa terbahak-bahak oleh omongan dan tingkah polah mereka. Malah, lawan main “Meski mengambil plot dan adegan yang pernah dilakonkan di atas panggung teater Indonesia, Lakon Pesta Para Pencuri tentu saja digarap tanpa menghilangkan apa yang menjadi ciri khas pentas Indonesia Kita,” imbuh Agus Noor.
Usai pertunjukan Cak Lontong mengaku dirinya dan para pemain lainnya hanya memiliki empat hari latihan dalam seminggu sebelum pentas berlangsung. Meski begitu, para pemain mampu beradu akting dengan baik dan maksimal. Saat penonton keluar dari gedung teater semua tampak puas, mereka sangat terhibur dengan celetukan para pemain yang lucu.
