Tampilkan di aplikasi

Mengatasi rambut rontok akibat stres pandemi

Majalah Mens Obsession - Edisi 200
2 November 2020

Majalah Mens Obsession - Edisi 200

Perawatan rambut rontok

Mens Obsession
Memasuki bulan ketujuh Work from Home (WFH), apakah Anda mengalami permasalahan rambut yang semakin mudah rontok? Jika helai-helai rambut yang berserakan di lantai rumah Anda semakin bertambah banyak dan tak cukup yakin apa penyebabnya, pandemi bisa jadi adalah kambing hitamnya. Pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi memang bisa memberi pengaruh yang signifikan pada kondisi rambut dan kulit kepala. Bagaimana itu dapat terjadi? Jawabannya adalah stres.

Perubahan pola hidup, interaksi sosial yang terbatas, resesi ekonomi, dan segala ketidakpastian di masa depan adalah beberapa alasan yang dapat dengan mudah memicu stres. Walaupun mungkin kita tak merasakannya, tubuh dapat memberikan respon berbeda terhadap stressor ini.

“Kondisi kerontokan rambut yang kronis disebut dengan telogen effluvium. Salah satu penyebabnya adalah stres psikologis yang membuat berkurangnya jumlah folikel atau tempat tumbuhnya rambut. Akibatnya, rambut mengalami fase telogen atau istirahat. Hal inilah yang memicu rambut menjadi rontok,” terang dr. Endi Novianto, SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku Medical Advisor MEN/O/LOGY by ZAP.

Telogen effluvium dapat dialami oleh laki-laki maupun perempuan dari berbagai rentang usia. Mereka dapat kehilangan 150-400 helai rambut per hari, melebihi jumlah kerontokan normal yang berkisar 50-100 helai per hari. Kondisi ini biasanya baru diketahui beberapa bulan setelah mengalami stres, ketika pitak atau kebotakan mulai terlihat. Walaupun tidak bersifat permanen, pemulihan rambut rontok ini membutuhkan waktu beberapa bulan hingga satu tahun lamanya.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI