Tampilkan di aplikasi

Inovasi kesabaran menghadapi anak remaja

Majalah Mulia - Edisi 3/2017
11 September 2017

Majalah Mulia - Edisi 3/2017

Tentunya, ada masa yang lebih intens mengontrol anak-anak tersebut saat memasuki masa remaja.

Mulia
Masih ingat kisah Nabi Nuh yang membujuk Kan’an menaiki bahtera? Sayangnya, meski anak Nabiyullah, Allah SWT belum melimpahkan hidayah padanya. Kan’an tenggelam bersama kaum Nabi Nuh lainnya yang ingkar menentang rasul dan Rabb mereka. Naudzubillah min dzalik! Itulah sekelumit kisah para nabi yang ditentang anakanaknya sendiri, seperti Kan’an yang berbohong atas keimanannya.

Berkaca dari kisah tersebut, problema menghadapi anak remaja bukan hanya ada saat ini. Seorang nabi seperti Nuh juga menghadapinya, apalagi manusia biasa seperti kita. Bakal memiliki empat orang anak, dulunya tak terbayangkan. Nyatanya Allah SWT menyayangi saya dengan anugerah empat orang putraputri sehat dan membahagiakan hati.

Mereka terpaut usia cukup jauh satu sama lain. Jelas saya harus pintarpintar menghadapi semua anak dengan kebutuhan dan problema yang berbeda. Tentunya, ada masa yang lebih intens mengontrol anak-anak tersebut saat memasuki masa remaja. Selain tanggung jawab selaku orangtua sesuai teoriteori psikologi tentang remaja, dan yang utama jelas karena tuntunan agama.

Islam menuntun secara jelas memperlakukan anak sesuai usia. Saat baru lahir hingga dua tahun, lalu mumayiz (4-6 tahun), hingga baligh (13 tahun), dan remaja (17 tahun); terdapat perbedaan perlakuan atas perkembangan perilaku. Fase usia baligh hingga remaja (13-17 tahun) adalah masa rawan penuh dengan penolakan, pemberontakan, dan penentangan. Dalam ilmu psikologi, usia pada fase-fase tersebut bukan hal mutlak. Kejadiannya bisa berbeda pada setiap anak.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI