Dua remaja berseragam sekolah tampak asyik ngobrol di depan rumah samping Masjid Muhajirin Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat. Padahal, suara iqomat sudah lewat beberapa menit yang lalu. Seharusnya, siswa SMP tersebut segera beranjak ke masjid untuk menunaikan shalat Ashar berjamaah. Tapi miris! Ternyata, mereka tak menggubris.
Hingga shalat selesai bahkan jamaah satu per satu meninggalkan masjid, mereka masih tetap bercengkerama dengan santai. Mengapa mereka tak menyambut suara iqomat dengan bersegera ke Masjid? Bukankah remaja Muslim yang baligh, wajib mengerjakan shalat berjamaah di masjid? Sore itu, masjid Muhajirin terlihat sepi dari jamaah remaja.
Dua shaf shalat hanya dipenuhi jamaah bapak-bapak dan beberapa anak kecil. Ternyata tak sekadar di Masjid Muhajirin. Jamak diketahui, sepinya jamaah remaja juga terjadi di berbagai masjid pelosok negeri. Sebut saja, masjid Nurul Huda di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Setiap shalat fardhu digelar, sedikit sekali jamaah remajanya.
Padahal, remaja yang tempat tinggalnya tak jauh dari masjid lumayan banyak. Dari pantauan Mulia, orangtua dari para remaja ini memang tak pernah aktif shalat berjamaah di masjid. “Ada satu dua remaja yang shalat jamaah di masjid. Itupun karena orangtua mereka aktif shalat berjamaah di masjid. Yang nggak aktif, anak-anaknya otomatis juga sama,” jelas salah seorang jamaah Masjid Nurul Huda, Ahmad, kepada Mulia, Desember lalu.
Sementara di Masjid Jami Al-Firdaus juga menampakkan pemandangan serupa. Ketika Mulia menyambangi masjid yang berada di Desa Tanahkuraya, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah itu, sepi sekali dari jamaah remaja saat shalat fardhu.
