Sebagai orang tua yang telah diamanahi 5 anak, saya sangat perlu belajar bagaimana mendidik, menuntun, dan mengarahkan anak-anak yang menjadi tanggung jawab kami. Salah satunya, bagaimana mengelola uang jajan anak, dengan tujuan melatih kesabaran mereka dan tidak konsumtif. Hal ini saya praktikkan setelah mengikuti seminar parenting oleh bapak Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, trainer dan salah satu penulis buku “Yuk, Jadi Orang Tua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih”.
Realita yang terlihat sekarang adalah banyaknya berbagai macam jajanan. Secara pribadi saya belum bisa mengukur kehalalan dan thayyiban untuk anak. Sebab halal saja belum tentu baik. Karena usia anak yang berbeda, maka nominal uang jajan pun berbeda sesuai kebutuhan mereka, dengan tahapan berbeda pula. Intinya anak saya si kembar ketika usia di bawah 7 tahun sudah pernah memegang uang jajan sendiri, atau memberikan langsung padanya untuk jajan sendiri.
Padahal sebaiknya usia anak di bawah 7 tahun belum diperkenankan atau memberikan langsung padanya. Ketika menginginkan sesuatu, orang tua yang membayarkan. Buah dari seminar tersebut, saya mengaplikasikan pada anak berusia tujuh tahun. Mereka diberikan amanah memegang sendiri uang jajannya untuk estimasi selama satu pekan, dan diberikan setiap hari Rabu.
Pada awalnya tuntutan mereka pun sama dengan anak-anak secara umum. Setiap kali melihat jajanan maka saat itu juga punya keinginan untuk menikmatinya. Tetapi sebagai orang tua harus tetap memegang prinsip yang telah sama-sama disepakati. Alhamdulillah, setelah memasuki usia kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), sudah terlihat kesabarannya bagaimana menjalankan aturan-aturan.
