Disadari atau tidak, berbagai kerumitan hidup terjadi akibat pola pikir dan cara hidup yang menyimpang dari fitrah manusia. Sebab, sesungguhnya kehidupan ini bisa berjalan dengan baik karena didasari sifat kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala yang dipancarkan pada setiap makhluk ciptaan- Nya. Sifat tersebut bisa berupa rasa saling ketergantungan, yang kemudian melahirkan sikap tolong-menolong.
Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa pertolongan orang lain. Sepiring nasi yang terhidang di meja makan sesungguhnya hasil pertolongan banyak tangan. Ia melibatkan para petani yang menanam padi, para pemilik dan pekerja pabrik yang memproduksi pupuk, pemilik dan pekerja penggilingan padi, pemilik dan sopir kendaraan yang mendistribusikan hasil panen, para pemilik toko dibantu karyawannya yang menjual beras, sampai para istri yang memasak nasi untuk keluarganya.
Kita selalu membutuhkan orang lain. Saling ketergantungan antar-manusia ini sesungguhnya merupakan bagian dari sifat kasih sayang. Si miskin membutuhkan si kaya. Si Kaya pun membutuhkan si miskin. Betapa susahnya hidup ketika semua orang kaya. Tidak ada orang yang bisa disuruh-suruh. Tidak ada orang yang mau membantu kita berapa pun upahnya. Semua harus dikerjakan sendiri.
Pun betapa susahnya hidup ketika semua orang miskin. Tidak ada yang bisa membantu ketika butuh biaya berobat. Tidak ada yang menolong ketika kelaparan, karena yang lain juga kelaparan. Semua akan menderita. Begitulah Allah menciptakan kehidupan ini begitu indah. Berlangsungnya kehidupan bukan karena adanya persaingan yang kuat mengalahkan yang lemah. Sikap inilah yang justru menjerumuskan manusia pada kehancuran dan kebinasaan bersama.
