Abu Hurairah sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin berkata, “Yang lebih mendekatkan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla, ialah apabila ia sujud, lalu memperbanyak doa ketika itu.”
Ungkapan sahabat yang begitu banyak merawikan hadits Rasulullah itu memiliki makna tersirat bahwa jadilah kalian generasi sujud, yakni generasi yang tanggap dengan waktu shalat dan bergegas mendirikannya. Sebab, dasar kemenangan umat Islam dari segala jenis pertarungan hidup, ada pada kualitas shalatnya.
Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said dalam membina para kader dai dan membangun pesantren di seluruh Indonesia selalu menekankan bahwa shalat adalah pekerjaan utama.
Manshur Salbu dalam buku “Mencetak Kader” menuliskan, “Jika waktu shalat telah tiba, tidak ada lagi pekerjaan yang boleh dilanjutkan. Semua harus stop, kecuali pekerjaan yang harus ditunggu seperti pengecoran, shalatnya bisa dilaksanakan bergantian. Dalam keadaan normal, setengah jam sebelum masuk waktu shalat harus dihentikan agar ada waktu untuk qailullah walau hanya sebentar.”
Bahkan, idealnya shalat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, “Apakah kalian memperhatikan bahwa arah kiblatku adalah di sini? Demi Allah tidak akan tersembunyi dariku khusyuk kalian dan tidak juga ruku kalian.
Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.” (HR. Bukhari).
Hadits tersebut mendorong setiap Muslim untuk benarbenar memperhatikan shalatnya, sebab Allah dan Rasul-Nya mengetahui siapa yang shalat dengan baik dan benar. Dan, siapa yang menjalankannya dengan setengah hati, penuh kemalasan, dan ogahogahan.
Subhanallah, tentu sangat luar biasa jika setiap keluarga Muslim di negeri ini menetapkan shalat sebagai agenda utama. Karena dari shalat, kita akan sering sujud, dan dalam keadaan sujud, doa bisa dimunajatkan, sedangkan Allah Ta’ala amat menyukainya. Maka, jadilah generasi sujud, generasi yang tunduk hanya kepada Allah semata.*/Imam Nawawi