Makhluk yang lemah adalah salah satu anggapan yang sering dinisbatkan pada kaum wanita. Sering berurai air mata, cengeng, mudah stress, merepotkan, dan manja. Anggapan itu tidak hilang walaupun pada kenyataannya banyak wanita lebih kuat mentalnya dan lebih tangguh, bahkan dalam beberapa kasus melebihi kaum pria.
Contoh sederhananya, wanita mampu menahan sakit luar biasa ketika melahirkan. Wanita juga lebih kuat hidup sendiri tanpa suami, jika suaminya meninggal terlebih dahulu, dibandingkan pria yang ditinggal istrinya. Tangguh yang memiliki makna kuat, andal, tabah, dan kukuh, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah satu sifat yang harus dimiliki bukan saja oleh kaum pria. Tapi juga oleh wanita.
Namun bagi Muslimah ketangguhan bukanlah satu sifat yang harus diperdebatkan milik siapa. Ketangguhan adalah sifat positif yang akan menjadikan orang yang memilikinya berjiwa besar, sabar, teguh pendirian, dan selalu optimis. Ketangguhan bukan hanya soal kekuatan fisik dan finansial saja.
Tetapi mencakup kekuatan yang juga bersifat maknawi. Kuat menjaga keimanan dan kemuliaan diri (iffah). Agar kita mendapatkan gambaran nyata tentang sifat ini, marilah kita menengok kepribadian mulia seorang wanita yang hidup berdampingan dengan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam.
Adalah Ummu Sulaim binti Milhan yang memiliki nama Sahlah (dikatakan juga namanya adalah Romilah/ Romitsah), bergelar Rumaisho. Ia ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Shahabiyah cantik nan cerdas ini dikenal dengan ketangguhannya memegang prinsip.
Salah satu kisah masyhur yang sampai kepada kita adalah ketika ia memberi syarat kepada lelaki yang akan melamarnya, setelah ia menyatakan keimanan dan bercerai dari bapak sahabat Anas bin Malik, Malik bin Nadhr, yang tetap dalam kekafiran dan menentang agama yang dianut Ummu Sulaim.
