Sama-Sama Merasakan. Indonesia sebagai sebuah negara sejatinya telah memiliki landasan yang kokoh dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang bersatu, kokoh dan berpengaruh. Sayangnya, hingga detik ini, upaya untuk mewujudkannya masih membutuhkan kesadaran dan upaya nyata dari segenap elemen bangsa, terutama mereka yang secara ekonomi memiliki akses lebih daripada masyarakat pada umumnya, sehingga prinsip keadilan ekonomi benar-benar dapat ditegakkan.
Ketika keadilan ekonomi tidak tegak maka pondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan goyah dan akhirnya akan runtuh. Keadilan ekonomi, menurut (alm) KH. Hasyim Muzadi dalam paparannya pada acara 90 tahun Pesantren Gontor bukanlah sama rata sama rasa. Tetapi, “Sama-sama merasakan,” tegas beliau.
Sama-sama merasakan artinya seluruh rakyat Indonesia kebagian. Jadi tidak sama rata sama rasa. Rezeki seorang profesor tentu tidak sama dengan tukang bor. Demikian pun yang lainnya. Tetapi semua merasakan, sehingga yang dapat sedikit tetap bahagia, yang dapat banyak tak lupa diri. Akan tetapi, ketika ekonomi berjalan secara tidak adil, maka yang dapat sedikit akan menjadi maling. Dan, yang mendapat banyak pun akan menjelma menjadi rampok uang rakyat (korupsi).
Kenapa itu terjadi, karena ketidakadilan ekonomi merajalela. Sungguh beruntung kita sebagai umat Islam mendapati syariat untuk saling peduli, saling berbagi dan saling memberdayakan, sehingga perputaran ekonomi tidak saja menjadi monopoli yang kaya, tetapi juga merata kepada mereka yang papa.
Zakat, sedekah, infak, dan wakaf adalah solusi yang Islam berikan untuk meenegakkan keadilan ekonomi, sehingga yang miskin terus belajar dan sabar. Dan, yang kaya terus berkarya dan bersyukur. Lebih jauh, Islam menempatkan mereka yang peduli, mau meringankan beban saudara yang kesulitan sebagai sosok yang mendapat jaminan kemudahan kelak di hari dimana tidak ada perlindungan selain dari naungan-Nya.
Jadi, melalui apa yang kita miliki, mari berbagi, mari bergerak untuk menegakkan keadilan ekonomi, sehingga semua rakyat Indonesia merasakan kebahagiaan dari rezeki yang beredar dan berputar di negeri ini, terutama dari apa yang Allah amanahkan melalui tangan kita. Allahu a’lam.*/ Imam Nawawi