Pada edisi sebelumnya (Juli 2018) kita telah membahas perihal bagaimana sikap penting yang harus dibangun di dalam diri kita sebagai pengusaha, yakni komitmen. Ketika bisnis atau usaha memang tidak lepas dari hutang, maka begitu ada kemampuan, segerakan untuk melunasinya.
Terlebih, jika kemudian, dalam perjalanan, usaha yang diupayakan telah sampai pada keuntungan besar yang diterima, maka kita wajib bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kemudian bersyukur pula kepada manusia yang memberikan hutang dengan cara membayar hutang tepat pada waktunya atau bahkan sebelum jatuh temponya.
Jangan keuntungan yang besar digunakan untuk kebutuhan yang bukan haknya, yaitu hanya memenuhi hawa nafsu dengan membeli hal-hal yang tidak penting (tidak prioritas/primer).
Jika hal tersebut dilakukan, tentu akan menjerumuskan pengusaha dalam keterpurukan dan menggiring kepada kesulitan yang lebih besar lagi.
Akan tetapi jika hak-hak untuk orang lain lebih dulu diutamakan, maka kepercayaan orang lain akan muncul, dan tidak menutup kemungkinan yang meminjamkan hutang akan kembali memberikan bantuannya lebih besar lagi untuk bisa dipergunakan mengembangkan usaha.
Penting dicatat, bahwa visi yang dibangun dalam menjalan bisnis atau usaha adalah visi akhirat. Sebagai contoh di Rabbani memiliki visi berjumpa dengan Allah Subhanahu Wata’ala di Surga Firdaus yang kekal. Sehingga menggiring setiap orang (karyawan) untuk bergerak menuju Surga Firdaus yang menjadi Surga paling tinggi.
Kedua adalah do the best (melakukan yang terbaik), karena yang dilakukan dalam rangka ibadah (untuk Allah Subhanahu Wata’ala) akan berdampak positif pada kehidupan kita.
