Musibah seakan terus mengintai bangsa Indonesia. Setelah gempa dahsyat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, gempa bumi dan tsunami menerjang Donggala dan Kota Palu. Berkat pertolongan Allah Ta’ala, Lazisnas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) bersama SAR Hidayatullah telah berada di Palu, tepat setelah 24 jam kejadian.
Kondisi begitu mencekam, akses jalan sangat sulit, sebagian jalan terbelah, gempa susulan masih terus terjadi dengan intensitas dan kekuatan yang membuat penduduk dan relawan kian ketakutan. Lebih sepekan masa tanggap darurat, aliran listrik belum seutuhnya menerangi seluruh wilayah Kota Palu dan Donggala.
Tak sampai di situ saja, sebagian masyarakat seperti kehilangan kendali. Proses penjarahan terus terjadi, sehingga banyak bantuan logistik yang terhambat dan raib sebelum disalurkan. Para pengungsi sebagian mungkin terpaksa melakukan, terutama mereka yang memang mencari bahan makanan, sebab mereka tak lagi punya rumah, tak punya alat masak, bahkan baju pun tinggal di badan.
“Alhamdulillah, dari pengungsi yang BMH kunjungi pada 5 Oktober 2018, semuanya ramah dan santun. Bahkan mereka ada yang menangis karena mendapat bantuan, sementara ada saudarasaudaranya yang belum mendapatkan bantuan,” terang Direktur Marketing dan Komunikasi Laznas BMH Pusat kala di Palu, Suwito Fatah.
Ustadz Imron Jufri, selaku dai binaah BMH dari Sulawesi Barat yang berada di Palu memberikan motivasi kepada relawan BMHSAR Hidayatullah, bahwa gempa dan tsunami di Palu dan Donggala ini adalah musibah luar biasa. “Kalau Aceh ada gempa, ada tsunami, memang luar biasa. Kalau Lombok ada gempa tanpa tsunami, itu juga luar biasa.
