Cinta untuk negeri. Inti dari pada kehidupan ini sesungguhnya hanya ada dalam satu kata, percaya. Ya, selama ini kita percaya kepada siapa? Hidup pada dasarnya memang berdasar pada siapa percaya siapa. Oleh karena itu, Islam senantiasa menantang akal manusia untuk berpikir serius jika tak mau mengikuti petunjuk yang dibawakan oleh Nabi Muhammad .
Tetapi, bagaimana akal kita akan menerima tantangan Allah dan Rasul, sedangkan Nabi Muhammad adalah sosok penuh kasih, cinta, dan kepedulian, tidak saja kepada manusia, tetapi alam semesta. Tidak heran jika kemudian Allah menegaskan bahwa siapa yang menyatakan diri cinta kepada Allah hendaknya berkomitmen mengikuti sunnah Nabi-Nya.
“Katakanlah: “Jika kamu (benarbenar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran [3]: 31).
Ayat tersebut memberikan panduan kepada kita semua bahwa tidak akan sampai seseorang pada cinta yang sesungguhnya, baik terhadap dirinya, keluarga, lingkungan, masyarakat dan negerinya, jika orang itu tidak benar-benar komitmen mengikuti sunnah- sunnah Rasulullah .
Sunnah-sunnah Rasulullah itu sangat banyak ragam dan rupanya, mulai dari ibadah sunnah, sampai pada perilaku dan anjuran Nabi untuk berbuat kebaikan, terutama dalam menciptakan kemaslahatan di tengah-tengah kehidupan umat.
Dalam konteks ini maka kita sendiri harus berupaya menghadirkan rasa cinta itu kepada Allah dan Nabi Muhammad. Tentu saja dengan bersegera, asyik masyuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya. Barulah saat itu, iman kita benarbenar hidup, bertenaga, dan memberdayakan.
Ibnu Taimiyah berkata, “Mengikuti sunnah Rasulullah dan mengikuti syariat beliau adalah perkara yang dapat mengantarkan (kita) kepada mahabbatullah (mencintai Allah). Sebagaimana berjihadi di jalan-Nya, menolong atau membantu para wali-Nya, dan memusuhi para musuh-Nya yang merupakan hakikat mencintai Allah.” Jika hal ini benar-benar bisa kita lakukan, insya Allah saat itulah cinta kita kepada negeri bisa kita buktikan.
Sebab tidak mungkin orang berbuat maslahat kepada negeri ini, sementara ia tidak memiliki cinta dan iman kepada Allah yang Maha Mencintai. “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2]: 165).