Perhatikanlah labalaba. Makhluk yang luar biasa unik. Mampu membuat konstruksi interior rumah yang super rumit. Namun ternyata, keelokan dan kerumitan rancangan rumah itu, tidak sejalan bersama dengan fungsi rumah, sebagai pelindung diri. Sebabnya, rumah laba-laba tergolong rumah yang paling lemah dari aspek kekuatan. Tidak kuasa menahan ‘serangan’ dari luar, sekecil apapu itu.
Kiranya kejatuhan daun, ataupun ranting kering, sudah bisa mengoyak, serta mengubah bentuk rumah dari asal mulanya. Lebih dari itu, bahkan tidak bisa melindungi si laba-laba, dari mara bahaya, baik yang datang dari alam, seperti hujan, panas, dan angin kencang. Atau dari makhluk-makhluk lainnya.
Padahal, fungsi dasar dari sebuah rumah, ia harus mampu melindungi penghuninya dari segala hal yang membahayakan. Mampu memberikan keamanan, ketenangan, dan kenyamanan. Bila ketiga hal ini hilang, maka telah terjadi disfungsi dari rumah itu. Dan pasti ada apa-apa di baliknya. Dan itulah yang terjadi pada rumah laba-laba.
Berburu Pelindung. Lemah. Takut. Pelupa. Itulah di antara sifat yang melekat pada diri manusia. Karena itu, ada naluri dalam dirinya untuk mencari pelindung di luar dirinya, untuk bisa melindungi dari segala sifat negatif di atas. Dengannya maka tumbuhlah keberanian. Terasa kenyamanan dan keamanan dalam mengarungi kehidupan.
Semakin kuat pelindung, akan semakin terasa ketenangan dan kepercayaan. Sebaliknya, rapuhnya pelindung akan memunculkan kegelisahan. Sayangnya, terjadi banyak ‘mala praktik’ manusia dalam mencari saluran pelindung. Tidak sedikit dari mereka, menggantungkan harapan pertolongan kepada sesama makhluk. Terutama keluarga dan sosok yang dirasa lebih kuat, baik itu kekuasaan maupun kekuatannya.
