Menjaga semangat ibadah & peduli
Ramadhan telah berlalu, kemuliaan dan keistimewaan telah berakhir. Akan tetapi, semangat untuk beribadah dan peduli mesti juga dihentikan.
Justru di luar Ramadhanlah kita akan benar-benar menguji diri, apakah masih mampu mempertahankan semangat ibadah yang telah diupayakan.
Dan, seharusnya demikian sikap terbaik yang kita upayakan.
Namun demikian, Nabi memang memberikan penjelasan perihal semangat ini.
“Setiap sesuatu itu ada saat-saat semangatnya dan setiap saat semangat itu ada saat futur (tidak semangat).
Maka apabila seseorang beramal yang sedang-sedang saja, berharaplah dia (termasuk yang meraih kemenangan).
Namun, apabila dia bersemangat agar ditunjuk dengan jari (dikenal sebagai ahli ibadah), janganlah kalian menilainya (sebagai ahli ibadah) karena dia berbuat riya’.” (HR. Tirmidzi).
Secara umum penjelasan Rasulullah tersebut menghendaki bahwa jika jiwa dilanda futur, kemudian amalan ibadah atau kepedulian tidak maksimal, maka setidaknya jangan sampai hal itu terjadi juga pada harapan dalam hati. Tetaplah punya harapan agar dapat meraih kemenangan.
Dengan kata lain, jangan karena sudah tidak lagi seperti Ramadhan, ibadah sudah mulai kembali ala kadarnya, lantas diri menjadi benar-benar enggan dan akhirnya tidak lagi menjalankan ibadah dengan baik.
Lantas bagaimana mengantisipasinya? Rasulullah memberikan panduan berupa doa. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas, penyakit tua (pikut), dosa, dan hutang.” (HR. Tirmidzi).
Langkah selanjutnya cobalah mencari lingkungan yang kondusif dan mendukung untuk senantiasa semangat dalam ibadah dan peduli.
Mencari lingkungan kondusif berarti juga bertemu dan berkawan dengan orang yang sholeh. Di saat kita menemukan itu semua, maka doa, “Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu.” (HR. Muslim) hendaknya tidak pernah kita lupakan dalam setiap 24 jam.*/ Imam Nawawi