Tampilkan di aplikasi

Kisah rayap yang menenggelamkan kapal

Majalah Mulia - Edisi 09/2019
3 September 2019

Majalah Mulia - Edisi 09/2019

Rayap

Mulia
Segerombolan pekerja nampak sibuk. Mereka tengah menggarap sebuah peroyek besar; membuat sebuah kapal. Bahan utamanya adalah kayu. Kapal itu hampir jadi. Tinggal beberapa sisi saja, yang masih belum terpasang papan. Secara tetiba, terdengan suara dari salah seorang.

“Kayu yang ini sepertinya ada sebagian sedikit sudah dimakan rayap. Apa masih mau dipakai,” teriaknya. Seorang pimpinan peroyek mencoba mengecek. Setelah melihat dengan seksama, ia pun memutuskan, “Pakai saja. Tidak apa!” perintahnya.

Pimpinan itu seakan merasa rugi, bila hanya karena secuil ‘aib’ yang ada dikayu, menyebabkan kapal tidak kadung jadi. Atau membuang begitu saja bahan yang ada. Eman. Karena itu, tanpa pertimbangan panjang, ia memutuskan untuk tetap memanfaatkannya.

Tapi ternyata. Justru disitulah timbul persoalannya. Setelah berlayar sekian tahun, kapal itu berakhir dengan kisah pedih. Tenggelam bersama awak yang didalamnya. Tahu kenapa persoalan yang dihadapinya? Tersebab rapuhnya kayu, yang berasal dari bahan yang mulanya memang telah dimakan oleh rayap.

Ternyata, seiring dengan bertambahnya waktu, rayap-rayap itu beranak-pinak. Dan terus menggerogoti kayukayu yang ada. Hingga menjadi rapuh. Tak tahan dengan gempuran air. Jebol. Dan akhirnya menenggelamkan kapal dan seluruh isinya. Ini adalah salah satu kisah yang tertera dalam kitab ‘Qiraa’atu al-Rasyidah,’ dengan alih bahasa agar lebih mudah dicerna.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI