Yogyakarta merupakan kota dengan segudang seni budaya. Isu lokalitas yang tercermin pada masyarakat dan disematkan pada banyak sudut kota menarik banyak minat wisatawan untuk datang. Daerah yang dipimpin oleh Kesultanan Keraton Yogyakarta ini,sudah turun temurun menjadi keistimewaan. Keraton Yogyakarta, memiliki tradisi yang dilaksanakan tiap tahun ketika Idul Fitri. Tradisi ini merupakan arakarakan hasil bumi yang biasa disebut Grebek Syawal.
Acara ini biasanya dilakukan dengan cara menyusun hasil bumi pada suatu wadah seperti tumpeng lalu dibagi ke masyarakat Yogyakarta. Grebek Syawal, diadakan setelah salat Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal dalam kalender Islam. Kata “grebek” berasal dari bahasa jawa yaitu,gumrebek yang berarti ramai atau ribut.
Terdapat tujuh macam hasil bumi, atau gunungan yang dibagikan kepada masyarakat. Gunungan ini meliputi tiga Gunungan Lanang, satu Gunungan Darat, satu Gunungan Gepak dan satu Gunungan Pawuhan. Gunungan tersebut akan diarak ke tiga lokasi yaitu Kepatihan Pemda DIY, Puro Pakualaman dan alun-alun utara Kraton Yogyakarta.
Sebelum dibagikan kepada masyarakat, gunungan tersebut akan diarak terlebih dahulu mulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung yang terletak di alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Arakan gunungan yang dikawal oleh prajurit Keraton, kemudian didoakan oleh para Abdi Dalem Pametakan yang merupakan petugas Kraton untuk acara keagamaan. Usai prosesi doa masyarakat bersiap-siap untuk berebut gunungan yang dipercaya mampu memberi mereka berkah besar apabila mendapatkannya.
